Pengamat: Pemerintah Jangan Anggap Remeh Peretasan Data Oleh Bjorka
RIAUMANDIRI.CO - Pakar Keamanan siber dan forensik digital Alfons Tanujaya mengingatkan pemerintah jangan menganggap remeh aksi peretasan data yang dilakukan Bjorka meski yang dibobol bersifat umum.
"Pemerintah harus berupaya melindungi data pribadi warganya seperti yang telah dilakukan Isreal," katanya dalam Gelora Talk bertajuk 'Bjorka dan AncamAnis Matta,an Kedaulatan Digital Kita', Rabu (21/9/2022) petang.
Israel kata dia, tidak main-main soal data ini. Negara itu sudah memiliki tim siber yang terkemuka di dunia. Tim bekerja dan dibiayai negara, dan dilakukan oleh talenta terbaik.
Alfons mengatakan, masyarakat Indonesia yang datanya dibocorkan hanya pasrah dan berdoa saja, karena tidak bisa berbuat apa-apa.
"Jadi ketika kita dikasih telur 10 biji, dikasih tepung dan mentega, itu yang enak dibikin apa? Di tangan saya, itu paling jadi telur dadar atau telur mata sapi. Tetapi di tangan orang jago seperti Bjorka, itu bisa jadi kue yang paling enak," katanya.
Artinya, kata Alfons, di tangan orang awam, big data itu tidak mengerti dan bingung digunakan untuk apa? Sebaliknya, di tangan orang yang jago, big data tersebut bisa digunakan untuk pemenangan Pemilu 2024.
"Big data bisa digunakan untuk pemenangan Pemilu 2024, pemetaan penduduk di mana saja. Itu yang perlu disadari," kata peneliti keamanan siber dari Vaksin.com itu.
Karena itu, Alfons berharap agar big data dikelola sebagai amanah, bukan sebagai berkah. Sebab, ketika datanya bocor akan merugikan negara dan wargaya.
"Jadi saya berharap berharap kelola big data itu sebagai amanah, jangan sebagai berkah. Harus dilakukan sebagai amanah untuk menjaga data itu Tapi kalau sebagai berkah, lalu datanya bocor, maka kita akan mendapat musibah," tegasnya.
Sementara itu, Pengamat Intelijen Negara Wawan H Purwanto, mengatakan, peretasan data yang dilakukan Bjorka hanya bersifat umum, sifatnya pribadi dan tidak ada kebocoran negara.
"Jadi untuk mencegah kebocoran data itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Sehingga isu kebocoran data tersebut dinilai hanya hoax saja, semua kita encrypto (enkripsi). Kita cek semua data negara aman," kata Wawan.
Menurut Wawan, perlindungan data pribadi dan negara perlu melibatkan semua pihak, baik sebagai mitigasi maupun pencegahan kejahatan siber secara nasional maupun lokal.
"Ini peran bersama, pemerintah, swasta untuk membangun infrastruktur guna menjaga perlindungan data publik. Dalam UU PDP ini juga diatur sanksi pidana dan denda," katanya.
Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN) itu mengajak semua pihak bersama-sama menjaga kedaulatan digital melalui peningkatan kapasitas bulding, SDM, dan pembangunan infrastruktur digital. Sehingga Pemilu 2024 tidak terganggu dan berjalan lancar.
"Kita tidak bisa sembrono lagi, semua stakeholder harus bertindak lebih mengenai pengamanan datanya. Dengan adanya kombinasi ini, hasil Pemilu 2024 nantinya diharapkan bisa berjalan lancar dan meminimalisir aksi hacker dalam melakukan peretasan," katanya. (*)