Pemerintah Menggesa Program Biodiesel 35, PKS: Harus Prioritaskan TBS Petani
RIAUMANDIRI.CO - Untuk dapat lebih menyerap tandan buah segar (TBS) di tengah anjloknya harga sawit rakyat, pemerintah bermaksud menggesa program Biodiesel 35 persen atau 40 persen. Saat ini yang berjalan adalah program Biodiesel 30 persen.
Menanggapi hal ini, anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta pemerintah agar penyedia FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang merupakan bahan campuran untuk biodiesel tidak hanya pengusaha yang itu-itu juga. Apalagi perusahaan sawit yang berkantor di luar negeri.
"Ini penting, agar program subsidi biodiesel ini tidak dinikmati oleh hanya segelintir perusahaan besar," kata Mulyanto kepada media ini, Rabu (13/7/2022).
Mulyanto menjelaskan, selama ini program biodiesel yang pada tahun 2020 dan 2021 mencapai masing-masing sebesar Rp28 triliun dan Rp51,9 triliun dinikmati oleh hanya segelintir pengusaha raksasa sawit, seperti Wilmar Grup, Musim Mas Grup, Apical Grup, Duta Palma Grup, Permata Hijau Grup dan Sinar Mas Grup.
Pendapatan mereka per tahun dari program subsidi biodiesel ini dapat menutupi, bahkan ditengarai melebihi, pengeluaran mereka untuk pembayaran pungutan sawit.
"Padahal pemerintah berkewajiban menumbuh-kembangkan perusahaan sawit agar terbentuk pasar yang sempurna. Tidak bersifat oligopolistik seperti pasar sawit sekarang ini, di mana segelintir pengusaha dapat mendiktekan volume dan harga produk turunan sawit di pasar," ujar Wakil Ketua FPKS DPR RI ini.
Mulyanto berpendapat, akan sangat baik kalau ada koperasi atau BUMD/BUMN yang didedikasikan secara khusus atau bekerjasama dengan Pertamina untuk memproduksi FAME ini. Sehingga subsidi negara untuk popgram biodiesel ini dapat lebih hemat.
Selain itu, pemerintah juga harus memprioritaskan TBS dari petani sawit rakyat agar harga sawit di tingkat petani ikut terdongkrak.
Untuk diketahui program biodiesel ini sangat bagus untuk menyerap TBS petani sawit rakyat, yang diharapkan akan mendorong kenaikan harganya. Selain itu program ini juga dapat mengurangi impor BBM di tengah harganya yang melambung tinggi selain juga mendorong program energi yang lebih green.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menambah alokasi pengadaan biodiesel mencapai 10,8 juta kiloliter (KL) atau naik 6,4 persen dari kuota awal yang ditetapkan sebesar 10,15 juta KL pada tahun 2022 ini.
Langkah itu dilakukan seiring dengan rencana uji coba program bauran biodiesel dan bahan bakar (BBM) jenis solar sebanyak 35 persen dan 40 persen (B35 & B40) yang akan dilakukan secara paralel pada akhir bulan ini.
Sekarang ini Kementerian ESDM tengah melakukan pematangan spesifikasi teknis bagi uji coba B35 dan B40 yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir bulan ini.
Selain itu, Kementerian ESDM juga tengah menggodok sejumlah paket aturan setingkat menteri untuk mempermudah peralihan penggunaan program mandatori bauran biodiesel dan solar tersebut ke depan. (*)