Pernah Jatuh di Usia 7 Bulan
Di tengah upaya percepatan pembangunan berbasis ekonomi dan teknologi di Pekanbaru, ternyata masih ada warganya yang menderita gizi buruk. Adalah Sonya Mutiara Kholbi (9), putri semata wayang Annisa Erita (37) warga Jalan Utama Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru, yang cukup lama menderita gizi buruk.
Di usianya yang sudah mencapai 9 tahun, berat badan Sonya Mutiara Kholbi hanya 9,2 kilogram saja. Kaki dan tangannya hanya tulang dibalut kulit saking kecilnya.
Menurut Annisa yang sehari-harinya berdagang jagung bakar, Sonya sempat jatuh dari tempat tidur sewaktu usia 7 bulan. Sejak saat itulah, kondisi Sonya mulai menurun hingga saat ini berusia 9 tahun berat badannya hanya 9,2 kilogram saja.
"Sonya hanya bisa tergolek saja mengharapkan perawatan dari saya. Dengan kondisi itu, saya jadi tidak memiliki waktu untuk berjualan jagung bakar. Apalagi saya sudah pisah dengan bapak si Sonya," terang Annisa.
Diani, paramedis khusus gizi Puskesmas Harapan Raya mengatakan bahwa Sonya sempat dirawat di Puskesmas Harapan Raya. Namun karena tidak memiliki dokter spesialis anak, akhirnya Sonya dirujuk ke Puskesmas Simpang Tiga.
"Sebenarnya, jika Sonya tidak memiliki penyakit penyerta, ia bisa dirawat di Puskesmas Simpang Tiga. Namun karena ada beberapa penyakit penyerta, akhirnya harus dirujuk ke RS Petala Bumi," terang Diani.
Disinggung rujukan ke RS Arifin Achmad, Diani mengatakan bahwa Sonya merupakan pasien Jamkesda. Sesuai jalurnya, rujukan harus ke RS Petala Bumi terlebih dahulu. Jika memang dibutuhkan, pasien Jamkesda bisa saja dirujuk ke RSUD Arifien Achmad.
"Tadinya, rujukan ke RS Petala Bumi akan dilakukan hari ini, namun karena dokter anaknya tidak ada, maka rujukan akan dilaksanakan Senin (27/4," terangnya.
Informasi mengenai Sonya ini mendapat perhatian Ade Hartati Rahmat, anggota DPRD Riau dari daerah pemilihan Kota Pekanbaru membesuk Mutiara Kholdi yang menderita gizi buruk sejak tahun 2006 silam.
Saat dikunjungi anggota dewan, Annisa, ibu Mutiara Kholdi menceritakan kronologis sakit yang diderita anaknya. Saat itu, anaknya yang masih berusia tujuh tahun jatuh dari tempat tidurnya.
“Waktu jatuh dari tempat tidur, dia tidak menangis, apakah tidak nangisnya itu karena masih tidur pulas atau langsung pingsan,” kata Annisa di rumahnya yang berlokasi di Bukit Raya, Kelurahan Simpang Tiga, Pekanbaru, Jum'at (24/4).
Setelah itu, ia berusaha mengobati anaknya di berbagai rumah sakit yang ada di Pekanbaru. Ironisnya, ada rumah sakit yang menolaknya tanpa ada alasan yang jelas, rumah sakit tersebut yakni Rumah Sakit Petala Bumi.
“Saya seperti di putar-putar, disuruh ambil rujukan ke puskesmas padahal saya sudah berulang kali berobat ke RSUD tak terhitung pula lagi sudah berapa kali diopname. Saya berharap agar pemerintah tidak tanggung-tanggung dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada anak saya," harapnya.
Sementara itu, Ade Hartati Rahmat mengungkapkan rasa keprihatinannya atas apa ?yang dialami keluarga Annisa. Ia pun sempat menelfon Dian, salah seorang suster Puskesmas, Harapan Raya yang dulunya memberikan rujukan kepada Annisa untuk mengobati anaknya ke Rumah Sakit Petala Bumi.
“Saya langsung menelfon Buk Dian, katanya besok pagi beliau akan membantu memfasilitasi korban untuk berobat kembali di Rumah Sakit Petala Bumi. Saya yang juga anggota Komisi E akan selalu siap mengawasi hal ini,” ujarnya.
Menurut ketua Fraksi PAN DPRD Riau ini, seluruh rumah sakit yang ada tidak boleh membedakan setiap pasiennya. Baik itu pasien yang miskin maupun pasien yang mempunyai harta benda.
“Kita akan koordinasikan persoalan ini ke Dinkes kota dan provinsi, karena bagaimanapun hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah. Kalau nantinya tidak bisa di Petala Bumi, kita berharap dirujuk ke RSUD Arifin Ahmad,” tutupnya.***