Waspada! Puncak Gelombang BA.4 dan BA.5 Lebih Panjang
RIAUMANDIRI.CO - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia menyebutkanpuncak gelombang Corona kali ini akan berlangsung lebih panjang.
Namun, fatalitas dan kasus kematian pada gelombang COVID-19 RI kali ini tidak akan separah pada gelombang Delta tahun lalu.
Meskipun jumlah kasus berpotensi lebih tinggi dibandingkan gelombang Delta, fatalitas akan lebih rendah lantaran masyarakat sudah memiliki imunitas terhadap virus Corona.
"Ini durasinya akan lebih panjang. Durasi ketika sekelompok orang atau komunitas rawan di kita terinfeksi, lama di puncak akan lebih lama karena dia ada potensi reinfeksi," ujar Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia pada Kamis (16/6/2022).
"Jadi jumlah orang yang terpapar jadi lebih banyak lagi. Selain ini kan bermunculan sedikit-sedikit, jadi fase di ketinggiannya agak lama," sambungnya.
"Tapi bicara dampak, angka kesakitan dan kematiannya itu jauh lebih rendah daripada Delta potensinya secara umum karena kita sudah punya modal imunitas. Tapi angka kasus infeksi sebetulnya bisa lebih tinggi dari Delta," bebernya.
Akan tetapi lantaran testing dan tracing di RI terbatas, Dicky menyorot potensi hanya kasus-kasus bergejala yang bisa terdeteksi.
Risikonya, kasus-kasus yang tidak terdeteksi tersebut bisa menular ke orang-orang rentan.
"Permasalahannya di kita adalah satu rezim testing kita pasif, testing kita kan nggak masif. Tracing juga nggak masif. Kemudian sekarang dengan perilaku masyarakat dites nggak banyak. Yang akan terdeteksi adalah kalau kasus di puncak gunung es, kasus-kasus yang bergejala," terang Dicky.
"Artinya sebetulnya bukan berarti lebih sedikit, bukan berarti virus ini lebih lemah karena secara data tidak lebih lemah. Dia virulensinya jauh lebih dari Delta. Hanya modal imunitas yang saat ini ada di masyarakat jauh lebih besar, lebih baik. Tapi pada kelompok sebagian ada yang masih rawan sehingga bisa fatal," pungkasnya.