Selama Covid-19, Pubertas Dini pada Anak Perempuan Marak Terjadi
RIAUMANDIRI.CO - Selama pandemi COVID-19, dokter anak menyebut ada peningkatan kasus pubertas dini pada anak perempuan. Banyak yang mengalami haid pertama di bawah 10 tahun.
Dilansir Detik.com, pakar endokrinologi anak Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K). Menurutnya, haid pertama di bawah 10 tahun dianggap sebagai premature menarche atau haid dini.
"Selama pandemi ini saya banyak pasien anak yang konsul karena haid lebih cepat. Jadi sebelum 10,5 tahun," ujarnya dalam video yang dibagikan melalui Instagram, dikutip atas izin yang bersangkutan, Senin (13/6/2022).
Salah satu dampak yang dikhawatirkan adalah pertumbuhan tinggi badan. Umumnya, jika haid pertama terjadi lebih dini, kemungkinan untuk memiliki tubuh lebih pendek cenderung lebih besar.
"Pada saat pertumbuhan payudara, tumbuh rambut kemaluan, rambut pubis dan haid, itu tinggi badan anak perempuan bertambahnya itu sekitar 16 cm sampai 24 cm. Rata-rata 20 cm," kata Prof Aman.
"Dan pada saat dia haid, itu nambahnya hanya sekitar 10 cm maksimal dan 1,5 tahun dia setop. Tergantung umur pubertasnya, kalau tingginya masih di bawah 130 cm nanti tingginya bisa 150 cm atau bisa di bawah itu," sambungnya
Mengutip Cleveland Clinic, kebanyakan kasus pubertas dini tak bisa dicegah. Namun, membatasi paparan anak terhadap hormon reproduksi dari sumber luar dapat mencegah pubertas dini.
Sumber-sumber ini mungkin termasuk krim estrogen atau testosteron, losion, atau obat lain. Lalu, sebagai orang tua setidaknya bisa memperhatikan asupan makanan anak agar tidak mengalami obesitas.
Lantas, bagaimana jika anak sudah mengalaminya? Prof.Aman mengatakan bahwa nantinya anak bisa dipantau oleh dokter endokrin anak,
Dikutip dari laman Stanford's Children, orang tua dapat membantu anak dengan memperlakukan anak seperti biasa, meningkatkan kepercayaan diri anak karena biasanya mereka malu, dan mencari konselor anak jika diperlukan lebih banyak bantuan.