Waspada Hepatitis Akut, Dokter Sebut Belum Bisa Lepas Masker
RIAUMANDIRI.CO - Pemerintah melonggarkan aturan penggunaan masker, tidak lagi wajib untuk aktivitas di luar ruangan dalam kondisi tidak padat orang.
Sementara itu, hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya diduga menular juga melalui droplet pernapasan.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran terkait risiko penularan hepatitis akut misterius pada anak. Amankah jika anak-anak ikut melonggarkan pemakaian masker?
Dilansir Detik.com, menurut dr Jeshika Febi Kusumawati, SpA dari RS Hermina Jatinegara, kondisi saat ini masih belum bisa dibilang sudah bebas untuk melepas masker.
Sebab, penyebab dari hepatitis akut misterius masih belum ditemukan, tetapi dicurigai berkaitan dengan SAR-CoV-2 dan adenovirus.
"Karena penyebarannya fetal oral, salah satunya droplet dan di udara, jadi tetap dipakailah (maskernya). Sebaiknya juga anak-anak tidak dulu ke playground atau berenang di tempat umum karena beberapa penelitian menunjukkan, adenovirus dapat bertahan di air selama beberapa jam," jelas dr Jeshika saat kepada HaiBunda.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak-anak yang sudah masuk sekolah tetap disarankan menjalankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan membawa peralatan makan sendiri.
Pernyataan senada juga disampaikan dr Mira Dewita yang juga berpraktik di RS Hermina Jatinegara.
"Kalau di dalam kelas, dalam angkutan umum harus pakai masker. Mungkin kalau waktu bermain di lapangan dengan kondisi tidak ramai, dia mungkin bisa lepas masker karena relatif aman. Tapi kalau misalnya ingin memakai masker, ya lebih baik lagi," ucap dr Mira
Dokter Mira mengatakan sirkulasi udara menjadi pertimbangan untuk bisa melepas masker di masa pandemi ini.
Di luar ruangan (outdoor), sirkulasi udara lebih cepat, sehingga relatif aman untuk membuka masker. Apalagi, bila tempat itu tidak ramai.
"Jadi berpirkirnya kalau outdoor dan tidak ramai itu pertukaran udara lebih cepat, jadi kemungkinan untuk penularan relatif lebih rendah dan aman," ujar Mira.
"Tapi di tempat yang cycle (sirkulasi) udara lebih lambat di indoor atau sarana transportasi, sirkulasi udara tidak bisa bertukar dengan cepat, apalagi jarak setiap orang tidak jauh, tentu masih perlu masker," sambungnya.