Pengamat: Presiden Jokowi Tunjukkan Sikap yang Paradoks terhadap Menterinya
RIAUMANDIRI.CO - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menilai ada sikap paradoks yang ditunjukkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap para pembantunya sehingga sulit untuk mengganti menteri yang melakukan kampanye terselubung.
Selain mengizinkan menterinya rangkap jabatan ketua umum partai, jangan lupa tahun lalu, salah satu pimpinan Partai Gerindra sudah minta izin untuk maju sebagai calon Presiden.
Jadi memang Jokowi membiarkan dan memberikan izin menterinya menjadi capres," kata Ujang Komarudin dalam diskusi Gelora Talk bertajuk 'Kasak Kusuk Politik Aji Mumpung 2024, Bagaimana Sikap Presiden?' digelar secara daring, Rabu (18/5/2022) petang.
Ia sudah meminta Jokowi agar memecat menteri yang melakukan kampanye atau melakukan kerja-kerja politik, hingga akhirnya dibully oleh buzzer empat calon presiden dari menteri tersebut.
"Tapi demi kepentingan bangsa, meski saya dibully sama buzzer empat capres tetap harus saya lakukan. Sekarang ini apa yang kita ucapkan, sering kali berbeda dengan tindakan. Kita sudah membiasakan kemunafikan," katanya.
Sebaliknya, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai Presiden Jokowi menghadapi dilema dengan sistem perpolitikan sekarang, sehingga tidak bisa seenaknya mengganti menteri meski tidak bisa bekerja di lapangan.
"Dari 33 menteri sekarang, Presiden Jokowi hanya memilih setengahya, setengahnya lagi ditentukan ketua umum parpol. Jadi kalau berharap dengan kinerja menteri sekarang sama saja dengan mimpi," kata Qodari.
Menurut Qodari, desain politik sekarang harus dipahami semua pihak, yang kurang memberikan ruang bagi presiden untuk menentukan seorang menteri tanpa harus konsultasi dengan ketua umum parpol.
Sehingga ketika seorang menteri yang diusulkan ketua umum parpol tidak bisa bekerja, presiden tetap saja tidak bisa menggantinya, karena ada dukungan partai politik, meskipun tidak memiliki kompetensi.
"Jadi anda harus pahami desain politik sekarang. Ketika dia didukung kekuatan politik, apa kemudian saya bisa mengganti, ya tidak bisa. Suka tidak suka, itulah realitas dan situasi dan kondisi sekarang. Rekomendasinya perbaiki sistemnya," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer ini. (*)