RIAUMANDIRI.CO - Sri Lanka tengah berhadapan dengan krisis ekonomi dan politik berkepanjangan. Harga bahan pokok di negara itu meningkat setiap hari dan banyak daerah yang mengalami pemadaman listrik.
Akibat krisis tersebut, ribuan demonstran anti-pemerintah turun ke jalan sejak Maret dan menuntut pemangku kekuasaan agar mengundurkan diri.
Bahkan, demonstran di Sri Lanka membakar berbagai rumah, toko, dan bangunan lainnya milik 38 politikus
Kepolisian Sri Lanka melaporkan di luar dari 38 rumah yang hancur terbakar, sebanyak 75 rumah lain mengalami kerusakan, pada Selasa (10/5).
Imbas kerusuhan ini, Kementerian Pertahanan Sri Lanka memerintahkan pasukan mereka menembak siapapun yang tampak merusak properti milik negara atau melakukan kekerasan kepada pejabat.
Masyarakat Sri Lanka tampak terbagi dua dalam kerusuhan ini. Pendukung pemerintah memukuli pendemo di berbagai tempat dengan tongkat. Mereka juga merobek dan membakar tenda pendemo.
Menurut tim CNN di lapangan, pasukan bersenjata kemudian dikerahkan untuk mengurai massa. Polisi juga tampak menembakkan gas air mata dan meriam air.
Kerusuhan yang terjadi juga menyebabkan pemerintah memberlakukan jam malam hingga Kamis (12/5).
Imbas kerusuhan yang berlangsung sejak Maret ini, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya setelah didesak lengser, pada Senin (9/5).
Beberapa jam setelah Perdana Menteri Rajapaksa mengundurkan diri, militer Sri Lanka menyelamatkan pria itu dari amukan massa. Seorang sumber keamanan CNN menyampaikan, pihak militer dipanggil kala demonstran dua kali mencoba memasuki tempat tinggal Rajapaksa.
Meski perdana menteri telah mengundurkan diri, masih belum jelas apakah tindakan itu cukup untuk meredakan kemarahan masyarakat.
Banyak pemrotes yang mengatakan tujuan utama mereka adalah menggulingkan Presiden Gotabaya Rajapaksa, yang notabene adalah saudara dari perdana menteri. Namun, Presiden Rajapaksa terlihat tak ingin menyerahkan jabatannya.
Presiden Rajapaksa meminta warga untuk "tetap tenang dan berhenti melakukan kekerasan dan pembalasan melawan warga lain, terlepas dari afiliasi politik."
"Berbagai upaya bakal dilakukan untuk mengembalikan kestabilan politik lewat konsensus, sesuai dengan mandat institusional dan untuk menyelesaikan krisis ekonomi," kicau Rajapaksa dalam akun Twitter-nya.