TEBINGTINGGI BARAT (HR)– Setelah sebelumnya Pemerintah Papua dan Papua Barat berkunjung ke Kepulauan Meranti untuk belajar mengenai budi daya sagu, kali ini sebanyak 15 orang dari Sulawesi Selatan berkunjung ke Desa Tanjung Darul Takzim Kecamatan Tebingtinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti, dengan tujuan sama.
Kehadiran 15 orang tersebut merupakan tamu dari Dishutbun Kepulauan Meranti sekaligus untuk meninjau lokasi budidaya sagu dan hal ikhwal pengelolaan sagu yang sudah dilakukan secara modern tersebut.
Amir, salah satu pemilik kilang sagu di desa tersebut yang sudah berpengalaman puluhan tahun itu menyambut rombongan dan selanjutnya menunjukkan bagaimana proses sagu itu mulai sejak ditanam sampai diolah menjadi tepung.
Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengajak penakar dari empat kabupaten, itu mereka belajar bagaimana membudidayakan sagu di Meranti. Sebab di Sulsel, sagu bukan ditanam dari bibit, melainkan tumbuh sendiri sehingga disebut hutan sagu. Beda dengan di Meranti tidak ada hutan sagu, namun disebut kebun sagu.
Ketua Rombongan dari Pemprov Sulsel, M Syarir yang juga merupakan Kepala Seksi (Kasi) Pembenihan Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Perkebunan kepada sejumlah wartawan mengaku bahwa dari informasi yang mereka dapatkan, sagu di Meranti dibangun secara budidaya.
Makanya kami ingin melihat dari dekat bagaimana membudidayakan sagu di Meranti untuk selanjutnya akan kami budidayakan di wilayah Provinsi Sulsel nantinya.
Dari 24 Kabupaten/Kota di Sulsel, M Syarir menambahkan potensi sagu terdapat di 4 kabupaten/kota. Diantaranya Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kota Palopo. Namun di sana sagu belum menjadi komoditas unggulan.
"Makanya kita mau menjadikan sagu sebagai komoditas unggulan. Sebab sagu berpotensi untuk dikembangkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat nantinya," aku Syarir.
Apalagi, tambahnya industri hilir atau berbagai jenis makanan dari sagu sudah sangat diminati dan bernilai ekonomi tinggi. Namun hal itu belum sejalan dengan produksi hulu dari sagu itu sendiri.
"Harga dan penyajian berbagai jenis makanan berbahan sagu di Sulsel sudah high class dan sudah disajikan di restoran khusus. Harganya pun paling murah Rp 25 ribu per porsi. Namun harga untuk satu batang sagu masih dihargai Rp 100 ribu," katanya.
Sementara di akui mengolah sagu di Sulsel, masih dilakukan secara manual. Belum ada kilang seperti yang ada di Meranti. "Makanya kami sebanyak 15 orang yang terdiri dari 10 orang penakar dari 4 Kabupaten dan 5 orang dari Pemprov ingin melihat bagaimana budidaya dan pengolahan sagu di Kepulauan Meranti.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Kabid Perkbunan Perkebunan Suparna didampingi Kasi Produksi Tanaman semusim dan tahunan, Sudarmadi SP yang mendampingi tamu dari Sulsel tersebut mengaku dengan kunjungan tersebut menjadi bukti bahwa Meranti menjadi daerah yang sudah berhasil mengembangkan sagu.
"Ini menjadi penghargaan yang tinggi bagi kita. Selain kita ajak melihat kebun sagu dan kilang sagu, juga kita tunjukkan bagaimana proses pembibitan dan proses pengolahan menjadi tepung," terang Suparna.***