RIAUMANDIRI.CO - Di tengah beban berat masalah sosial dan ekonomi akibat pandemi Covid -19, ternyata Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia berdasarkan hasil survei Charity Aid Fondation (CAF) tahun 2021.
Indeks kedermawanan yang digunakan CAF, yaitu diukur dari tiga indikator, yakni kesediaan membantu orang yang tidak dikenal, donasi ke lembaga amal, dan kesediaan menjadi relawan dalam suatu organisasi.
Dari indeks kedermawanan atau world giving index, Indonesia adalah negara yang masyarakatnya paling derwaman sedunia. Jumlahnya 69%. Lebih tinggi dari tahun 2018 yang berjumlah 59%.
Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti, fenomena ini secara kasat mata memang sulit dimengerti.
"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan Indonesia pada tahun ini saja berjumlah 26,50 juta jiwa dengan jumlah pengangguran sebanyak 9,1 juta jiwa," ungkap Mu'ti dikutip dari Website resmi Muhammadiyah, Ahad (17/4/2022).
Namun, Mu’ti mengaku tidak terlalu merasa terkejut setelah membaca lima faktor penyebab prestasi bangsa Indonesia ini berdasarkan penjelasan CAF.
Penyebab kedermawanan pertama adalah faktor agama, terutama agama mayoritas di Indonesia yaitu agama Islam yang memiliki ajaran terkait zakat, infak dan sedekah.
Pada bidang zakat saja misalnya, dari potensi umat sebanyak Rp 233 triliun, yang terealisasi baru Rp 8 triliun saja.
Faktor kedua yang kedua digunakan CAF adalah budaya. Mu’ti sepakat dengan ini karena menurutnya orang Indonesia memiliki budaya tolong menolong atau yang populer disebut sebgai gotong royong.
Ketiga, adalah faktor alokasi dana dari pemerintah untuk membantu mereka yang kesulitan.
Keempat, adalah faktor transformasi digital terhadap tingkat kedermawanan di Indonesia, di mana selama Covid-19 donasi digital mencapai 75% yang sebagian besar dilakukan secara crowd funding.
Sedangkan faktor kelima adalah pengaruh influencer muda dan publik figur.
Mereka yang memiliki kepribadian baik, keteladanan dan follower yang sangat banyak. Mereka ini punya pengaruh besar mendorong kedermawanan.
“Sehingga banyak masalah, kemiskinan masih tinggi, pengangguran masih tinggi, tapi pada saat itu pula kedermawanan juga masih sangat tinggi,” pungkasnya.