RIAUMANDIRI.CO - Dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik Prof. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D, Sp.A(K) menjelaskan, setiap anak yang ingin belajar puasa diperbolehkan untuk belajar puasa.
“Ketika sudah ada ketertarikan, berapa pun umur anak boleh belajar puasa. Tidak ada pembatasan. Asalkan, kalau sudah tidak kuat anak bisa bilang,” jelas Damayanti, saat berbincang di Instagram Live Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan tema Tips Berpuasa untuk Anak.
Dalam mengajarkan puasa kepada buah hatinya, menurut Damayanti, para orangtua juga perlu mengenalkan makna puasa, sehingga anak dapat belajar bahwa puasa tidak sebatas menahan lapar dan dahaga.
“Jelaskan makna puasa sesuai pemahaman anak. Ingatkan juga bahwa puasa anak-anak yang belajar itu tidak punya target. Tidak boleh dipaksakan, kecuali anak sudah akil balig,” kata dia.
Sedikit berbeda dari Damayanti yang menyebutkan bahwa anak bisa belajar puasa ketika sudah ada ketertarikan, dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K) mengatakan, anak bisa diajari puasa ketika berusia tujuh tahun.
"Pada usia ini dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa semakin jarang ditemui," kata Cut, seperti dikutip dari Antara, Kamis (20/4/2020).
Namun, Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K) menyampaikan, puasa terkadang bisa memengaruhi kondisi tubuh anak.
Setelah menjalani puasa selama enam jam, cadangan gula darah dalam tubuh atau glikogen bakal dipecah agar kadar gula dalam darah terkontrol.
Apabila puasa dilanjutkan sampai 16 jam, cadangan glikogen bisa habis. Ketika sudah tidak cadangan glikogen, tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi.
Semakin kecil usia anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit. Untuk itu, bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia atau kadar gula darah menurun.
"Anak yang berusia di bawah usia tujuh tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa," kata Cut.
Anak di bawah usia tujuh tahun juga lebih berisiko mengalami kekurangan cairan saat puasa.
Selain itu, perubahan pola tidur saat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah.
Seiring berjalannya usia, dampak kesehatan yang tak diinginkan akibat puasa lebih minim atau jarang ditemui.
Ketika anak sudah memasuki usia akil balig, risiko hipoglikemia juga berkurang secara signifikan seiring meningkatnya kemampuan anak menahan lapar dan haus.
Jika orangtua ragu-ragu di umur berapa anak sebaiknya belajar puasa karena si kecil memiliki masalah kesehatan atau kondisi khusus, jangan sungkan berkonsultasi ke dokter yang biasanya menangani anak.