RIAUMANDIRI.CO - Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob telah memutuskan untuk membuka perbatasan negara kembali pada Jumat 1 April 2022.
Keputusan ini dibuat berdasarkan tiga hal mendasar, yaitu pertama dipandu oleh sains terbaru dan fakta yang relevan COVID-19, kedua membandingkan persyaratan pembukaan perbatasan di negara-negara lain, ketiga memberikan kenyamanan kepada pelaku perjalanan (traveler).
Menyikapi hal ini Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) provinsi Riau, Roni Rakhmat bersama Konsulat Malaysia untuk Pekanbaru, Wan Nurshima Wan Jusoh, menggelar pertemuan di Kantor Konsulat Malaysia, Jalan Sudirman, Pekanbaru, Kamis (10/3/2022).
Disampaikan Roni Rakhmat, bahwa dalam pertemuan tersebut membahas tentang pintu masuk bandara dan pelabuhan internasional Riau - Malaysia.
Salain itu juga dibahas kerja sama sektor pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis UMKM.
"Dalam pertemuan itu kami menyampaikan permohonan dukungan dan rekomendasi untuk promosi pariwisata Riau agar bisa dipromosikan di moda transportasi umum Malaysia (LRT)," ujar Roni, Jumat (11/3) di Pekanbaru
Kepada Konsulat Malaysia, Roni juga meminta dukungan untuk pemasaran produk ekonomi kreatif Riau yang berbasis UMKM dan pelaksanaan event pariwisata Riau secara virtual di Kota Melaka, Malaysia.
"Konsulat Malaysia akan memfasilitasi kerja sama pariwisata antara Riau dengan Melaka. Dan telah merencanakan paket pariwisata Malaysia - Indonesia (2 hari di Malaysia 1 hari di Riau). Targetnya wisatawan Arab Saudi," ucapnya.
Konsulat Malaysia, Wan Nurshima menyampaikan kepada Roni Rakhmat, bahwa mulai 1 April 2022, Malaysia membuka pintu perbatasan negara. Malaysia akan memasuki fase transisi ke endemik mulai tanggal tersebut.
"Untuk Indonesia saat ini hanya menunggu kebijakan dari Pemerintah Indonesia untuk membuka pintu masuk langsung dari Indonesia (Riau) baik melalui jalur laut dan udara," kata Wan Nurshima.
Sementara, Vice President Indonesian Marketing Association (IMA) Riau, Osvian Putra menanggapi, bahwa langkah Pemerintah Malaysia tersebut harus disambut gembira. Riau bisa menawarkan paket dan program wisata yang diminati turis Malaysia.
"Mestinya disambut gembira dengan cara proaktif menawarkan paket-paket dan program-program menarik untuk dapat menarik wisatawan Malaysia untuk datang ke Indonesia khususnya Riau. Jika tidak proaktif maka kemungkinan yang akan terjadi adalah sebaliknya. Masyarakat Riau malah yang akan berbondong-bondong ke Malaysia," tukas Osvian.
Dikatakan Osvian, dari sudut pandang ekonomi pariwisata sebuah daerah/negara baru akan diuntungkan jika daerah/negara tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan, khususnya wisatawan asing.
Khusus untuk market Malaysia, imbuh Osvian, selama ini yang banyak berkunjung ke Riau adalah kalangan masyarakat Melayu. Objek-objek yang disukai biasanya adalah objek wisata budaya dan belanja.
Namun, Osvian mengungkapkan, bahwa bulan April sudah masuk bulan puasa, di mana biasanya hanya sedikit masyarakat Malaysia terutama kalangan Melayu-Muslim yang mau beraktifitas liburan.
"Ini harus dimengerti, karena bulan Ramadhan adalah waktunya untuk memaksimalkan ibadah. Kalaupun dibuka, kemungkinan peminat (penumpang) tidak sebanyak bila dibandingkan bulan biasanya. Jadi sebaiknya sabar dulu, paska lebaran nanti baru dimulai lagi penerbangan internasional itu," tandas, pria yang sudah 21 tahun terjun di sektor pariwisata Riau itu.
Terpisah sebelumnya, Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar, telah minta ke pemerintah pusat agar dapat membuka perjalanan internasional di Provinsi Riau, khususnya perjalanan dari dan ke negara tetangga Malaysia.
"Kita berharap kasus Covid-19 di Riau segera menurun, sehingga bandara maupun pelabuhan kita dibuka untuk perjalanan internasional," kata Gubri Syamsuar, Selasa (8/3/2022) di Pekanbaru.
Permintaan itu ia ungkapkan, lantaran hubungan Provinsi Riau dengan Malaysia tidak bisa dipisahkan, seperti kebudayaannya dan sejarahnya.
"Riau ini dengan Malaysia ada hubungannya erat, baik itu hubungan keluarga, persaudaraan dan bisnis. Makanya tadi kami minta sama pak Kanwil Kemenkum-HAM Riau dibuka perjalanan internasional, kalau nanti sudah ada kebijakan nasional," pintanya.