RIAUMANDIRI.CO - Bencana berulang terjadi, Indonesia berduka lagi. MasIh terngiang di telinga gempa terjadi di banyak negeri. Menelan korban meninggal, luka-luka dan ribuan mengungsi. Banjir datang tak mau mengalah, longsor dan puting beliung silih berganti dan yang sangat viral gunung meletus.
Sepertinya negeri inI tak putus-putus dirundung malang. Menurut ajaran Islam; “Tak ada suatu kejadian dialam semesta ini, kecuali atas izin Allah” (QS, Attaghabun : 11). Begitu pula pada ayat lain menyebutkan; “Bahwa musibah apapun bentuknya tidak membedakan sasaran yang dikenainya. Bisa orang baik, bisa orang zalim dan bisa masyarakat luas” (QS. Al-anfal : 25). Pada ayat lain ditegaskan pula bahwa “Musibah apapun yang menimpa kalian, karena kesalahan kalian sendiri “ (QS. An-nisa : 79)
Apa yang salah dari manusia? Kesalahan manusia sudah begitu banyak, rambu-rambu agama dilanggar seenaknya, senang melakukan yang dilarang Allah. Sepertinya dunia sudah dikepung awan gelap moral dan akhlak termasuk tidak berakhlak terhadap alam dan lingkungan. Kita tidak bersahabat lagi dengannya.
Terhadap sesama manusia menjadi hal biasa melakukan; kebencian, fitnah, korupsi, bohong, menipu, pembunuhan, premanisme, perkosaan dan pelecehan seksual. Para pelakunya sebagan besar orang-orang taat beragama seperti guru ngaji, dosen, ustaz dan berpakaian gamis. Sulit diterima akal sehat, tapi begitulah fakta berbicara. Rasa malu sudah tiada, pengendalian diri kalah oleh kekuasaan setan. Itulah antara lain penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan manusia dan Allah memberi peringatan kepada manusia melalui musibah-musibah dan sekaligus Allah mengatakan manusia perlu diuji imannya.
Di sisi lain bahwa perilaku manusia yang sudah banyak menyimpang dari rambu-rambu agama menunjukkan kagagalan pendidikan sekaligus dakwah. Pendidikan dan dakwah barangkali sudah saatnya ditinjau ulang, terutama guru maupun ustaz. Negeri ini butuh pendidik sekaligus suri tauladan tidak hanya pengajar dan penceramah saja, tapi betul-betul terprogram, terukur dengan silabus yang teruji.
Tahun baru tinggal menghitung hari, tahun 2021 kita tinggalkan dengan segala suka dukanya. Ada yang sukses, ada yang belum beruntung, ada yang layu sebelum berkembang. Itulah dinamika kehidupan di dunia. Islam mengajarkan agar kita merenung dan introspeksi setiap terjadi pergantian waktu, apakah pergantan hari, bulan maupun tahun. Rasulullah mengatakan kepada sahabatnya; “Setiap pergantian waktu, biasakan merenung. Apakah ada perbuatan kita yang menyimpang dari ajaran islam dan apa pula yang dapat kita perbuat esok harinya untuk agamaku dan bangsaku?” (Indah betul kalimatnya).
Selanjutnya Rasulullah memberi tahu pula; jika kualitas kehidupan terutama keberagamaan kita sama saja dengan kemarin disebut merugi. Jika menurun dari kemarin kualitasnya disebut celaka dan jika meningkat dar kemarin disebut beruntung. Agar kita termasuk orang-orang beruntung, menghadapi pergantian tahun, pertama kita merenung dan interospeksi sambil mendekatkan diri kepada Allah, berdoa dan salat malam. Bukan hura-hura, bergadang semalam suntuk dan sebagainya.
Kedua, siap untuk berubah dengan bekal; tidak bosan menambah ilmu, karena dengan ilmu kehidupan semakin mudah. Tidak bosan jadi orang baik, tidak bosan sehat dan tidak bosan dekat dengan Allah. Ketiga, segera tinggalkan kekeliruan kita selama ini, langsung taubat dan mulailah dengan perubahan baru. Jika kita tidak mau berubah berarti hidup telah kita ubah menjadi kematian.
Mari kita jadikan pergantian tahun ini momentum untuk berubah menjadi lebih baik dan tetap optimis menatap masa depan. Selamat tahun baru 2022, semoga segala musibah cepat berlalu, insyaallah.
*Penulis merupakan Ketua Dewan Penasehat IKMR Riau sekaligus mantan Ketua Umum Muhammadyah Pekanbaru 1985-1995