RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Ahli gizi dr. Khairuddin, Sp.GK menyebutkan, dengan mengkonsumsi ikan secara rutin maka sudah tidak perlu lagi tambahan multivitamin dan suplemen.
Penelitian FAO/WHO Joint Expert Consultation tahun 2011 mengatakan, mengonsumsi ikan memberikan dampak nutrisional yang lebih besar daripada gabungan manfaat dari zat gizi yang dikonsumsi secara terpisah.
“Dibandingkan kita misalnya mengkonsumsi minyak ikannya saja, atau konsumsi ekstrak vitaminnya saja, itu lebih baik mengkonsumsi ikannya langsung, manfaatnya jauh lebih banyak," kata KSM Gizi Klinik RSUP Dr. Kariadi Semarang itu dalam workshop Generasi Positif Thinking (Genposting) bertema “Gemar Makan Ikan: Yuk, Makan Ikan Agar Generasi Indonesia Sehat, Kuat dan Cerdas" secara hibrida, (29/11/2021).
Kegiatan tersebut sebagai upaya mensosialisasikan program pemerintah di bidang kelautan dan perikanan, Kementerian Kominfo melalui Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik bermitra dengan Dinas Perikanan Kota Semarang.
Melalui program Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) diharapkan dapat bersama-sama membangun kesadaran gizi individu maupun kolektif masyarakat agar gemar mengkonsumsi ikan demi pemenuhan gizi maksimal.
“Program Gemarikan ini tidak hanya untuk peningkatan konsumsi ikan saja, namun diperluas untuk membantu masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19 dengan harapan dapat meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi ikan. Selain itu, ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein dan omega-3 sangat relevan untuk mendukung program prioritas penanganan stunting khususnya berkaitan dengan kecerdasan,” jelas Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemkominfo Septriana Tangkary.
Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang, Nurkholis menyampaikan tingkat konsumsi makan ikan di kota Semarang ini mencapai 40,16 kilogram per kapita setahunnya, nomor dua di Jawa Tengah. Secara nasional masih jauh apalagi bila dibandingkan dengan negara Jepang yang mencapai 120 kilogram per kapita.
“Harapan kami dengan adanya webinar ini paling tidak bisa menggugah dan meningkatkan konsumsi makan ikan sehingga kita sehat, kuat, cerdas, dan juga aman dari stunting,” tutur Nurkholis.
Pakar Sosial Media, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si. menuturkan, meskipun konten media sosial saat ini meluap dengan berbagai macam info apa saja, uniknya sedikit sekali bahkan jarang ditemukan hoaks mengenai ikan.
Melihat perilaku dari para pengguna media sosial yang seolah-olah tidak henti untuk mempublikasikan dan menyebarkan konten, menjadikan peran generasi netizen dalam mempromosikan gemar makan ikan menjadi penting.
“Perbanyak aktivitas digital yang terkait dengan ikan, kemudian juga komposisi hashtag dan mention soal ikan diperbanyak nanti lama-lama orang akan berubah," katanya.