RIAUMANDIRI.CO - Mahasiswi-mahasiswi UNRI marah. Mereka turut menyuarakan keadilan atas kasus yang menimpa rekan mereka yang diduga dilecehkan oleh oknum dosen sekaligus dekan dan calon rektor.
"Kita enggak harus jadi feminis untuk membela kasus-kasus seperti ini. Kita cukup jadi manusia! Saya berdiri di sini bukan hanya karena korban adalah kakak saya, rekan, dan sesama perempuan, tapi karena saya manusia," ujar Nia, Mahasiswi Hubungan Internasional UNRI, Jumat (5/11/2021).
"Janga takut. Kita sebagai cewek jangan mau dipermainkan, jangan mau ditekan. Apalagi kalau sudah sampai dilecehkan. Karena harga diri itu, harga mati!" tambahnya dalam orasi.
Nia bahkan menyebut, sedari awal ia masuk kuliah dan menjadi mahasiswa baru, salah seorang dosen mewanti-wantinya agar apabila ingin menjumpai dosen laki-laki, harus membawa teman.
"Dari ucapan dosen itu saya tahu, bahwa kasus pelecehan seksual di sini (UNRI) bukan baru sekali dua kali, tapi lebih," katanya.
"Makanya kita harus kawal ini sampai tuntas. Karena yang bakal jadi korban itu adik-adik kita, teman, kakak, dan banyak perempuan lain," tambahnya.
Orasi Nia juga didukung mahasiswi lain, UNA. Ia meminta kasus ini segera diselesaikan dan ini menjadi kasus terakhir yang terjadi di UNRI.
"Kita harus kawal ini sampai selesai. Kita mau ini (pelecehan) jadi kasus terakhir di UNRI," katanya.
Saat ini, demonstran telah membubarkan diri setelah wakil rektor berjanji membentuk tim pencari fakta independen yang bakal segera menuntaskan kasus yang menghancurkan citra UNRI itu.