RIAUMANDIRI.CO - Tiga polisi Pakistan dipastikan tewas usai terkena tembakan saat partai Islam radikal yang dilarang, Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) melakukan demonstrasi dan mengeluarkan tembakan ke massa yang berkumpul pada Rabu (27/10/2021). Selain itu, 70 lainnya terluka.
TLP berada di balik unjuk rasa massal anti-Prancis awal tahun ini yang menyebabkan kedutaan besar menerbitkan peringatan bagi warga negara Prancis untuk meninggalkan Pakistan.
Kelompok tersebut berunjuk rasa menentang penahanan pemimpinnya, Saad Rizvi, yang ditangkap pada April ketika TLP dilarang, dan meminta pengusiran duta besar Prancis.
“Mereka mengeluarkan tembakan ke polisi dengan Kalashnikov, tiga polisi meninggal,” kata Menteri Dalam Negeri, Sheikh Rasheed Ahmad dalam konferensi pers, dikutip dari Al Arabiya, Kamis (28/10).
Rasheed menambahkan, delapan polisi yang terluka dalam keadaan kritis.
Kepala kepolisian Punjab, Rao Sardar Ali Khan menyampaikan dalam konferensi pers terpisah, empat anggotanya tewas pada Rabu.
TLP menuduh polisi menembak ke arah massa, di mana empat orang pendukungnya tewas.
Kepolisian di Provinsi Punjab, di mana Lahore merupakan ibu kotanya, membantah menggunakan peluru karet atau senjata dan tidak akan mengomentari klaim adanya pengunjuk rasa yang tewas.
“Kami tidak menggunakan senjara seperti itu terhadap mereka,” jelas juru bicara kepolisian, Mazhar Hussain kepada AFP.
Unjuk rasa terbaru mulai pada Jumat di kota Lahore yang menjadi benteng kelompok tersebut, dari Lahore ribuan orang secara perlahan menuju ibu kota Pakistan, Islamabad.
Bentrokan antara dua pihak di Lahore pada Jumat menyebabkan dua polisi tewas, sementara TLP melaporkan pada Sabtu lima pendukungnya tewas.
Menteri Informasi, Fawad Chaudhry pada Rabu menyampaikan Perdana Menteri Imran Khan dan badan keamanan sepakat untuk menetapkan TLP sebagai kelompok militan.
Polisi menutup jalan-jalan utama dan persimpangan jalan menuju ke ibu kota, sekitar 300 kilometer dari lokasi unjuk rasa terbaru.
Pemerintah sebelumnya awal pekan ini mengumumkan terobosan perundingan dengan TLP, tapi unjuk rasa kembali terjadi pada Rabu.
“Kami berusaha yang terbaik untuk suksesnya perundingan tapi pemerintah tidak serius memenuhi komitmennya,” jelas juru bicara TLP, Sajjad Saifi.
“Pengusiran duta besar Prancis permintaan utama kami,” lanjutnya.
Rizvi ditangkap pada April ketika pemeirntah Pakistan melarang partai tersebut sebagai respons atas unjuk rasa anti-Prancis yang berujung kekerasan.
TLP menggerakkan kampanye antiPrancis sejak Presiden Emmanuel Macron membela hal majalah satir Prancis untuk menerbitkan kembali karikatur Nabi Muhammad, tindakan yang dianggap penistaan agama oleh umat Muslim. Enam polisi tewas dalam unjuk rasa tersebut yang melumpuhkan Islamabad dan Rawalpindi.