RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Dian Ikha Pramayanti, S.Pt., M.Si, beliau menyampaikan bahwa Beliau menyampaikan tentang aplikasi media sosial dan fiturnya. Media sosial adalah dengan pengggunanya untuk bisa berbagi, berpartisipasi dan menciptakan isi atau konten. Tentu dari adanya media sosial memiliki dampak positif atau negatifnya. Untuk beberapa aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, TikTok memiliki fitur dan kelebihan dalam aplikasinya tersebut.
Muhammad Arif Rahmat, SHI, beliau menyampaikan tentang fitur keamanan di media sosial. Di setiap perkembangan digital tentu ada peluang dan tantangannya, seperti resiko siber. Resiko siber adalah resiko kerugian yang terkait dengan sistem teknologi. Dapat berupa kerugian keuangan, gangguan operasional, masalah hukum dan tanggung jawab, atau rusaknya reputasi usaha pribadi. Perbarui system pertahan dengan memperbarui operating system dan mengubah kata sandi yang kuat dan unik.
Eko Pratama, beliau menyampaikan etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan teknologi infromasi, media dan komunikasi telah menguah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global.
Genny Gustina Sari, M.I.Kom, beliau menyampaikan untuk menjadi produktif dalam menggnakan media sosial atau internet adalah dengan miliki niat, dari penikmat menjadi pengamat, kemudian belajar, dan berani mencoba meskipun gagal. Banyak sekali peluang untuk menjadi produktif, bisa menjadi vlogger, selebgram, content creator, reporter dan lainnya. Bahkan tidak ada hobi yang tidak bisa dijadikan konten untuk saat ini.
* Rohani memberikan pertanyaan kepada Genny Gustina Sari, M.I.Kom
Q : Bagaimana yang dikatakan positif untuk menghadapi infromasi digital di era pandemi?
A : Dalam distribusi infromasi di era digital adalah semua orang menjai narasumner, mereka semua merasa benar dengan argumen dan kebenaran masing-masing. Pemberitaan lalu-lalang di media sosalitu luar biasa sekali, dan dpaat membuat maysrakat ketakutan karena kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Kita juga tidak bisa menghujat pemerintah karena pemerinta sudah berupaya menanggulangi pandemi ini. Kenapa kita tidak bisa berpikir positif? Semuanya memang berubah, tetapi sisi positifnya adalah dengan adanya pandemi kita bisa menggunakan zoom ini dengan baik. Hanya denganduduk dan berinternet kita bisa menambah wawasan dan pelajaran baru tanpa mengeluarkan banyak biaya. Bagaimana kita bisa mencari sesuatu yang bisa kita lakukan dan menjadi produktif.
Kegiatan webinar literasi digital pada hari Senin, 05 Juli 2021, pukul 14.00 WIB, dengan tema “Menjadi Mahasiswa Produktif di Media Sosial” dibuka oleh moderator Ayu Amelia. Moderator membuka rangkaian kegiatan webinar ini dengan mengucap salam, berdoa dan membawakan tagline Salam Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital. Moderator juga tidak lupa untuk mengingatkan para peserta untuk terus menjaga protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan. Acara pertama dimulai dengan memutarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kemudian, moderator mempersilahkan Dirjen Aptika KEMKOMINFO, bapak Samuel A. Pangerapan untuk memberikan sambutan. Kemudian, moderator memperkenalkan Key Opinion Leader yaitu Della Oktarina, beliau adalah seorang Founder @sayadietkantongplastik, Aktivis, Kartini Millenial Awards 2020 dan Cabin Crew. Menurut beliau, Indonesia adalah adaah penyumbang sampaah terbesar kedua d dunia. Oleh karena itu komunitas @sayadietkantongplastik untuk mengjaak para masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Untuk tema hari ini, tentu banyak hal yang bisa dilakukan untuk lebih produktif lagi baik di dunia nyata atau dalam memanfaatkan media sosial, selain itu untuk menambah wawasan, menginspirasi dan mengedukasi.
Kemudian, moderator membacakan tata tertib dalam kegiatan webinar ini. Setelah itu, moderator memperkenalkan narasumber pertama, Dian Ikha Pramayanti, S.Pt., M.Si. Beliau adalah seorang Dosen dan Penulis. Beliau menyampaikan tentang aplikasi media sosial dan fiturnya. Media sosial adalah dengan pengggunanya untuk bisa berbagi, berpartisipasi dan menciptakan isi atau konten. Tentu dari adanya media sosial memiliki dampak positif atau negatifnya. Untuk beberapa aplikasi media sosial seperti Facebook yang diciptakan sebagai wadah kita untuk membagikan konten atau informasi, sebagai marketplace, dengan manfaat personal menambah relasi, sebagai hiburan, lalu dalam sosial menambah pertemanan dan berkomunikasi dengan relasi, dalam ekonomi dapat menambah lapangan pekerjaan dan bisnis.
Untuk media sosial Instagram, biasa digunakan untuk promosi, belanja online, wawasan Instagram dengan fitur IG TV, Feed, Ig Story dan lainnya. Dampak positifnya bisa digunkaan untuk jualan online, fanvase atau komunitas tertentu, informasi tutorial, upload produk di marketplace dan edukasi. Namun, sisi gelapnya Instagram memiliki pengaruh buruk yaitu gangguan kesehtaan, minder atau rendah diri. Kemudian, untuk media sosial Youtube, memiliki fitur menonaktifkan video anotasi, mengatur autoplay, mengatur kecepatan video, nemambhkan teks dan terjemahan di video, menyambungkan Youtube dengan Smart TV. Manfaatnya sudah pasi untuk hiburan, mencari pendaatan dnegan menjadi Youtuber, mnecari infromasi dan edukasi.
Lalu, untuk TikTok, dengan fitur voice changer function, penambahan music, adanya efek atau filter dengan manfaat personal branding, bisnis, mengasah kemamuan, berkembangnya inovasi pengetahuan dan skill, semangat kompetisi. Kemudian, media sosial WhatsApp yang memiliki fitur WhatsApp Bussiness, sebagai media bisnis, berbagi infromasi atau hiburan, pesan berantai, media pendidikan dan pembelajaran saat ini. Keamanannya cukup baik dengan end-to-end encryption. Media sosial apapaun, dalam kita mendistribusikan konten kita harus bisa berpikir dan mencari sumber informasi yang kita dpatakan, kita baca selengkapnya dan pahami, kita harus berpikir dulu apakah itu penting, insipratif, mengandung kebaikan, dan informatif.
Kemudian, setelah narasumber pertama menyampaikan materinya, moderator memperkenalkan narasumber kedua yaitu Muhammad Arif Rahmat, SHI yang merupakan seorang Certified Life Coach. Beliau menyampaikan tentang fitur keamanan di media sosial.di setiap perkembangan digital tentu ada peluang dan tantangannya , seperti resiko siber. Resiko siber adalah resiko kerugian yang terkait dengan sistem teknologi. Dapat berupa kerugian keuangan, gangguan operasional, masalah hukum dan tanggung jawab, atau rusaknya reputasi usaha pribadi. Perbarui system pertahan dengan memperbarui operating system. Kata sandi akan lebih mudah diretas dengan serangan brutal, serangan kamus, pengisisan kredensia, dan pesan phising. Dengan membuat kata sandi yang kuat dengan kata sandi yang cukup panjang, rumit tetapi dapat diingat. Jangan gunakan tanggal lahir atau menggunakan informasi pribadi. Kemudian, aktifkan two factor authentication atau verfikasi dua langkah pada setiap media sosial kita. (Terjadi kendala ditengah kegiatan webinar)
Setelah itu, moderator beralih kepada narasumber ketiga yaitu Eko Pratama. Beliau seorang Koordinator Pusat BEM Nusantara. Beliau menyampaikan tentang etika digital adalah kemmapuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan teknologi infromasi, media dan komunikasi telah menguah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Permasalahan yang luas terjadi pada bidang keperdataan karena traksaksi elektronik untuk kegiatan perdagangan mellaui system elektronik telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan internasional. Berdasarkan UU ITE No. 11 Tahun 2008 dalam pasal 27-37 tentang perbuatan melawan hukum seperti melanggar asusila, perjudian, pencemaran nama baik, merugikan konsumen, menghacker system pengaman sosial media atau dokumen elektronik lainnya, menyadap, menghilangkan dan menyebarluaskan informasi dari dokumen elektronik tersebut. Kemudian, dalam penyelesaiankasus tersebut dengan sanksi pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 700 Juta.
Kemudian, moderator mempersilahkan narasumber terakhir untuk menyampaikan materinya dari Genny Gustina Sari, M.I.Kom, beliau adalah seorang Dosen Ilmu Komunikasi. Beliau menyampaikan tentang mengubah midset konsumtif menjadi produktif di era digital. Indonesia adalah negara yang paling konsumtif dalam segala bidang baik dalam berbelanja, mengkonsumsi infromasi atau mengkonsumsi jasa. Era digital adalah masa ketika informasi mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan menggunakan teknologi digital. Hal-hal yang kita hadapi di era digital, kita mengkonsumsi dan menditribusikan informasi dengan cara baru, munculnya realitas virtual, dan cara hidup termediasi. Gaya hidup yang berubah akibat berkmebangnya teknologi digital ini adalah orang menggunakan handphonenya sebagai alarm, melihat handphone saat menyetir, mengecek handphone lebih dari 10 kali sehari. Untuk menjadi produktif dalam menggunakan media sosial atau internet adalah dengan miliki niat, dari penikmat menjadi pengamat, kemudian belajar, dan berani mencoba meskipun gagal.
Banyak sekali peluang untuk menjadi produktif, bisa menjadi vlogger, selebgram, content creator, reporter dan lainnya. bahka tidak ada hobi yang tidak bisa dijadikan konten untuk saat ini. Ada peningkatan yang siginfikan selama pandemi, adanya peluang memnafaatkan masa pandemi untuk meningkatkan produktivitas. Cerdaslah dalam memilih infromasi, memnafaaka internet denan baik dan jadkan hobi menjadi konten yang positif.
Setelah sesi pemaparan materi selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab antara penanya dan narasumber. Ada beberapa penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan e-money sebesar Rp. 100.000,-
-
Nur Fatimah memberikan pertanyaan kepada Dian Ikha Pramayanti, S.Pt., M.Si.
Q : Bagaimana cara menasi komunikasi untuk bekal pemimpin milenial saat ini?
A : Pemimpin millennial dihadapkan pada dunia digital, untuk mnegtasi persaingan komunikasi ini secara global yang dibagi tiga yaitu komunikasi lisan, tulisan dan visual.untuk bisa berkomunikasi digital kita harus bisa memahami apa isi dari tulisn, isi komunikasi itu, isi konten dan harus bisa mempresentasikannya. Harus bisa berliterasi secara digital. Dalam literasi digital yang sering dibicarakan adalah digital safety, digital skill, digital ethic, dan digital culture. Harus tahu batasan erkespresi, UU ITE untuk para pemimpin millennial.
-
Abdea memberikan pertanyaan kepada Muhammad Arif Rahmat, SHI
Q : Bagaimana cara mengatasi agar kita terhindar dari akun online shop bodong? Yang punya likes atau followersnya banyak apakah penjualnya jujur?
A : Salah satu permasalahan berbelanja online adalah kepercayaan. Untuk mengetahui akun tersebut resmi atau tidak, pertama mereka memiliki website resminya. Kedua, mereka memiliki rekening bersamaa atau tidak. Mencari online shop yang aman atau berbelanja di e-commerce karena dengan fitur yang lebih aman dalam pembayaran atau pengiriman barang.
-
Jumar Agustin memberikan pertanyaan kepada Eko Pratama.
Q : Mahasiswa dikatakan sebagai agent of change, bagaimana kita bijak dalam bermedia sosial dan agar tidak terkena UU ITE? Dan apakah KKN daring cocok untuk mempublikasikan ini?
A : Untuk konten-konten yang kita share itu biasa masih dlaam batas wajar akalu tentang menceritakan perasaan pribadi, biasanya kita aka terkenajika kita meiruperlaku luar. Ditekankan pada kepribadian kita sebneranya, harusesuai etika dan cara bergaul orang Indonesia. Lihat tokoh-tokoh publik untuk branding dirinya, bagaimana kita bisa hidup bermasyarakat. Untuk KKN daring itu bagus programnya asalkan Kembali lagi pada diri sendiri untuk mengikuti program tersebut dengan baik.
-
Rohani memberikan pertanyaan kepada Genny Gustina Sari, M.I.Kom
Q : Bagaimana yang dikatakan positif untuk menghadapi infromasi digital di era pandemi?
A : Dalam distribusi infromasi di era digital adalah semua orang menjai narasumner, mereka semua merasa benar dengan argumen dan kebenaran masing-masing. Pemberitaan lalu-lalang di media sosalitu luar biasa sekali, dan dpaat membuat maysrakat ketakutan karena kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Kita juga tidak bisa menghujat pemerintah karena pemerinta sudah berupaya menanggulangi pandemi ini. Kenapa kita tidak bisa berpikir positif? Semuanya memang berubah, tetapi sisi positifnya adalah dengan adanya pandemi kita bisa menggunakan zoom ini dengan baik. Hanya denganduduk dan berinternet kita bisa menambah wawasan dan pelajaran baru tanpa mengeluarkan banyak biaya. Bagaimana kita bisa mencari sesuatu yang bisa kita lakukan dan menjadi produktif.
Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator kembali menyapa Key Opinion Leader, Della Oktarina. Menurut beliau, sebagai mahasiswa dituntut lebih produktif dan memanfaatkan media internet memang harus diiringi dengan menjaga etika dan sopan santun dalam bermedia sosial. Karena hal itu adalah cermin diri kita sendiri. Media sosial sanat penting, baik untuk kepentingan pribadi, komunitas atau pekerjaan. Dengan adanya media sosial kita bisa menjangkau orang-orang lain tanpa batas waktu dan ruang. Membuka wawasan kita lebih luas lagi dan belajar dalam memnafaatkan media sosial. Media sosial juag bisa membuat kita melakukan gerakan atau ajakan bermanfaat. Dalam @sayadietkantongplastik, dalam pandemi ini kita sangat memanfaatkan media sosial itu untuk menyebarkan infromasi-informasi dari sumber terpercaya agar tidak terhindar dari berita bohong. Media sosial adalah gerbang untuk membuka wawasan agar kita lebih berkembang lagi.. Kemudian, setelah rangkaian acara selesai moderator memanggil dan manyapa enam penanya terpilih lainnya yang berhak mendapat e-money sebesar Rp. 100.000,-. Setelah itu moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.