RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Dhini Gilang Prasasti, M.E : “Internet memberikan kemudahan untuk berpromosi dan bertransaksi tanpa batas. Terutama dengan adanya marketplace. Bekerja, belajar dan mengajar, kursus online, peningkatan kapasitas diri lainnya. Keberadaan internet memungkinkan kita untuk menonton, mendengarkan musik, dan lain-lain.”
Arie Maya Lestari, S.Si : “Hindari penyebaran datadata penting, seperti alamat rumah, rekening ATM, atau nomor handphone di internet. Buatlah password yang kuat untuk tiap akun media sosialmu. Jangan post sesuatu yang sifatnya terlalu personal. Gunakan layanan pelindung data pada device kesayanganmu. Cari namamu sendiri di Google dan hapus semua informasi sensitif yang kamu temukan.”
Dr. Yogi Yunefri, M.Kom : “Bijak dalam menggunakan media sosial tidak menggunakan kata-kata mengandung isu sara. Baca/simak berita secara keseluruhan Telusuri sumber berita Menbandingkan informasi yang terdapat di media sosial dengan media masa lainnya. Tidak mengunggah informasi yang belum diketahui kebenarannya.”
Ade Irda Savitri, S.Sos., M.I.Kom : “Menjadikan diri dan menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah role model untuk mengedukasi masyarakat. Menghadirkan konten yang bersih dan family friendly. Meskipun ada pengaturan untuk netizen berdasarkan usia, namun sangat sulit untuk memastikan tidak dilihat oleh anak bawah umur. Mengedukasi anak sebelum mempergunakan dan berkomentar di platform digital pada usia yang diperkenankan. Konsisten melakukan pengawasan dan pendampingan. Membudayakan bertutur santun di dalam rumah dan kapan saja, sehingga akan dicontoh baik oleh anak-anak.”
Seera Safira (KOL) : “”
Kegiatan webinar literasi digital pada hari Jumat, 20 Agustus 2021, pukul 14.00 WIB, dengan tema “Mari Berbahasa Yang Benar dan Beretika di Ruang Digital” dibuka oleh moderator Avicenna Inovasanti. Moderator memberikan reminding untuk para hadirin dalam 10 menit sebelum acara dimulai. Kemudian, moderator membuka rangkaian kegiatan webinar ini dengan mengucap salam, berdoa dan membawakan tagline Salam Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital. Moderator juga tidak lupa untuk mengingatkan para peserta untuk terus menjaga protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan. Acara pertama dimulai dengan memutarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kemudian, moderator mempersilahkan Dirjen Aptika KEMKOMINFO, bapak Samuel A. Pangerapan untuk memberikan sambutan. Kemudian, moderator memperkenalkan Key Opinion Leader yaitu @seerasafira, beliau adalah seorang News Presenter, Jurnalis, dan Moderator/MC.
Kemudian, moderator membacakan tata tertib dalam kegiatan webinar ini. Setelah itu, moderator memperkenalkan narasumber pertama, ibu Dhini Gilang Prasasti, M.E Beliau menyampaikan materi tentang Bijak Berpendapat di Dunia Digital, Disrupsi digital didorong oleh masifnya perkembangan internet. Pandemi mempercepat proses transformasi digital, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, pengguna internet mencapai 73,7% dari total populasi, dimulai dari usia 13 tahun.
Google menempati ranking 1 top websites by traffic, dengan rata-rata waktu kunjungan 23 menit (Hootsuite, We Are Social 2021). Pengguna e-commerce Indonesia meningkat 37 persen karena pandemi. Kenaikan tersebut di atas rata-rata ASEAN. (Google & Temasek). Pengguna internet di Indonesia menghabiskan waktu 3 jam 14 menit untuk mengkonsumsi media sosial, terbanyak youtube, whatsapp, IG, Facebook, Twitter.
Konektivitas digital membuat jagat maya ibarat hutan belantara. Siapapun yang bertualang di sana, haruslah memiliki bekal yang cukup agar tak terjebak di dalamnya. Ada 800.000 situs penyebar hoax di Indonesia. Saluran penyebaran berita hoax tertinggi melalui media sosial (92,4%). Tiap detik, ada 155.000 orang bergabung kejejaring media sosial. (2020). 1400 artikel baru di internet, 2,4 juta konten digital yang dibagikan oleh para pengguna Facebook, 270 ribu tweets baru di Twitter, 347 ribu foto dibagikan oleh para pengguna WhatsApp, 216 ribu foto baru di-posting oleh para pengguna Instagram, 72 jam video baru diunggah ke YouTube.
Teknologi bukan satu-satunya faktor yang memegang peranan penting di dunia digital. Manusia adalah mata rantai yang paling rentan di dalam satu kesatuan ini. Kemampuan orang dalam menggunakan teknologi informasi untuk menerima pesan dan menyampaikannya kembali. (UNESCO) Untuk menguasai literasi digital, kita perlu memiliki sepuluh keterampilan komunikasi era digital.
Internet memberikan kemudahan untuk berpromosi dan bertransaksi tanpa batas. Terutama dengan adanya marketplace. Bekerja, belajar dan mengajar, kursus online, peningkatan kapasitas diri lainnya. Keberadaan internet memungkinkan kita untuk menonton, mendengarkan musik, dan lain-lain.
Kemudian, setelah narasumber pertama menyampaikan materinya, moderator memperkenalkan narasumber kedua yaitu ibu Arie Maya Lestari, S.Si Beliau menyampaikan materi tentang Kenali Dan Pahami Rekam Jejak Di Ruang Digital, Jejak Digital adalah jejak data yang muncul ketika seseorang menggunakan internet di perangkat komputer atau laptop, smartphone dan lainnya. Bentuk dan sumbernya pun bermacam, dari situs yang dikunjungi, email yang dikirimkan, dan informasi lain yang 'disetor' ke berbagai layanan online.
Jejak Digital Aktif adalah jejak digital yang sengaja di unggah oleh pengguna, misalnya unggah foto di facebook atau memberikan like di unggahan instagram. Sedangkan Jejak Digital Pasif adalah jejak digital yang ditinggalkan tanpa disadari, seperti jejak digital di maps atau jejak digital setelah mengunjungi situs tertentu.
Digital exprosure Istilah ini mengacu pada akses bebas yang didapatkan orang-orang yang tidak bertanggungjawab pada data-datamu.Hal ini bisa menyebabkan kerugian yang cukup parah.Seperti pencurian identitas atau tindakan kriminal lainnya. Phising Serangan manipulatif ini bisa membahayakan pengguna dengan membobol data-data penting mereka, seperti rekening ATM atau berbagai file berharga di tempat kerja. Biasanya, tindakan kriminal ini bisa terjadi karena penyerang sudah mendapatkan informasi sensitif korban yang tertinggal di internet.
Bahwa menurut hasil riset Career Builder pada tahun 2017 silam, hampir 70% perusahaan di Amerika Serikat menggunakan media sosial untuk melirik profil pencari kerja. Di era global ini, rekruter akan memperhatikan pola hidup serta kepribadian kandidat berdasarkan aktivitas mereka di media sosial. Hal ini bisa membahayakan pekerja bila mereka tidak mengelola jejak digital dengan benar. Jika perusahaan menemukan aktivitas yang dirasa kurang sesuai dengan kultur mereka, reputasi profesional si kandidat bisa tercoreng.
Hindari penyebaran datadata penting, seperti alamat rumah, rekening ATM, atau nomor handphone di internet. Buatlah password yang kuat untuk tiap akun media sosialmu. Jangan post sesuatu yang sifatnya terlalu personal. Gunakan layanan pelindung data pada device kesayanganmu. Cari namamu sendiri di Google dan hapus semua informasi sensitif yang kamu temukan.
Perlu diperhatikan yaitu Sistemnya. Dalam aplikasi berkirim pesan atau messenger, kamu harus melihat apakah sistemnya sudah benar-benar terenkripsi, yang membuat pesan-pesan akan sulit untuk diakses.
Banyak orang yang kena hack karena dia pernah login di warnet atau ditempat tersedianya perangkat komputer yang digunakan secara publik lainnya. Sebaiknya, jangan pernah memasukkan akun pribadi di komputer untuk umum. Banyak kejadian seperti ini, biasanya karena lupa logout atau karena menyimpan data akun di browsertersebut. Kadang kamu lupa logout karena kebiasaan di gadget sendiritak pernah melakukannya. Kadang kamu juga lupa untuk tidak mencentang “ingat password ini” pada saat login, sehingga riwayat login masih tersimpan di browser tersebut. Bila memang terpaksa melakukannya, usahakan untuk mengubah password secepatnya setelah menggunakannya dan kamu sudah bisa mengaksesnya dengan gadget pribadi.
Setelah itu, moderator beralih kepada narasumber ketiga yaitu bapak Dr. Yogi Yunefri, M.Kom Beliau menyampaikan materi tentang Paham batasan di dunia tanpa batas : Kebebasan berekspresi di ruang digital, Kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah hak setiap manusia untuk bebas dalam berbicara baik secara lisan ataupun tulisan, bebas mencari, menerima dan menggunakan informasi yang dimiliki untuk menentukan sikap atau tindakan. Kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh setiap warga negara dan ini merupakan hak konstitusional yang dijamin oleh negara. Didalam sebuah negara yang demokratis, kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah salah satu aspek terpenting untuk melihat kualitas demokrasi dinegara tersebut. Sebagai salah satu negara demokratis, indonesia berwenang untuk mengatur dan melindungi pelaksanaan hak asasi manusia.
Tingginya pengguna media sosial di indonesia ini akan meningkatkan penyebaran hoax, konten negatif, pesan provokasi, dan ujaran kebencian yang bisa menimbulkan konflik. Pola komunikasi masyarakat indonesia dalam bersosial media yaitu hanya 10 % msyarakat yang memproduksi informasi, sedangkan 90 % cendrung mendistribusikan. Dengan tingkat literasi digital yang seperti ini, membuat arus informasi di media sosial cendrung kepada konten negatif atau hoax.
Bijak dalam menggunakan media sosial tidak menggunakan kata-kata mengandung isu sara. Baca/simak berita secara keseluruhan Telusuri sumber berita Menbandingkan informasi yang terdapat di media sosial dengan media masa lainnya. Tidak mengunggah informasi yang belum diketahui kebenarannya.
Kemudian, moderator mempersilahkan narasumber terakhir untuk menyampaikan mateirnya dari ibu Ade Irda Savitri, S.Sos., M.I.Kom Beliau menyampaikan materi tentang Komentar Dan Berekspresi Yang Santun Sesuai Budaya Indonesia Di Ruang Digital, Budaya secara harfiah berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘akal’. KBBI menerjemahkan budaya sebagai akal budi, pikiran, sikap, keyakinan, kebiasaan, adat istiadat. Budaya digital merupakan hasil olah pikir, kreasi dan cipta karya manusia berbasis teknologi internet. Ini ditentukan oleh penguasaan terhadap ilmu pengentahuan dan teknologi. Ekspresi merupakan ungkapan atau proses penyampaian gagasan dan ide. Komentar adalah rangkaian pesan yang disampaikan. Santun mengacu pada kehalusan budi bahasa dan tingkah laku.
Secara sederhana, ruang digital adalah ruang tempat kita melakukan aktivitas melalui akses internet. Platform digital yang sering digunakaan adalah media sosial. (Sumber: tekno.kompas,24/2/2021). Generasi yang paling banyak menggunakan media sosial adalah generasi Y dan Z. Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004).
Pengaruh disrupsi teknologi, yaitu perubahan teknologi yang terjadi besar-besaran. Sementara manusianya belum diberi bekal memadai mengenai etika berkomunikasi di ruang digital. Minim literasi digital (yaitu kemampuan individu untuk menemukan, mengevaluasi, dan menyusun informasi yang jelas melalui tulisan dan media lain di berbagai platform digital). Post Truth, yaitu meyakini sesuatu yang seolah-olah benar, padahal tidak benar sama sekali (Ralph Keyes dan komedian Stephen Colber (2004)). Sehingga memancing komentar yang beririsan satu dengan lainnya. Secara umum para pengguna media sosial beranggapan tidak masalah berekspresi dan komentar tidak santun, karena tidak saling mengenal dan akan sulit dideteksi.
High context culture, yang artinya tidak mengekspresikan dan berkomentar secara frontal. Pemilihan kata, diksi, intonasi, kepada siapa, melalui media apa, dan kapan sangat diperhatikan. Beberapa bahasa daerah di Indonesia bahkan menggunakan klasifikasi berdasarkan tingkatan usia, sebagai simbol penghormatan dan kesantunan. Membiasakan menyampaikan salam, minta maaf, minta tolong, dan terima kasih. Merendahkan intonasi suara ketika beragumentasi, terutama dengan yang lebih tua. Mendengarkan dan memahami pesan terlebih dahulu, sebelum memberi komentar. Tidak berkomentar kecuali dimintai pendapat.
Menjadikan diri dan menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah role model untuk mengedukasi masyarakat. Menghadirkan konten yang bersih dan family friendly. Meskipun ada pengaturan untuk netizen berdasarkan usia, namun sangat sulit untuk memastikan tidak dilihat oleh anak bawah umur. Mengedukasi anak sebelum mempergunakan dan berkomentar di platform digital pada usia yang diperkenankan. Konsisten melakukan pengawasan dan pendampingan. Membudayakan bertutur santun di dalam rumah dan kapan saja, sehingga akan dicontoh baik oleh anak-anak.
Setelah sesi pemaparan materi selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab antara penanya dan narasumber. Ada empat penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan e-money sebesar Rp. 100.000,-
-
Septian Widiyanto memberikan pertanyaan kepada ibu Dhini Gilang Prasasti, M.E
Q : Bagaimana peran/upaya pemerintah dalam menaggulangi berita hoax serta mengendalikan netizen Indonesia yang dikenal barbar?
A : Sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangkal hoax. Pemerintah juga membuat aduan konten hoax.
-
Bagus Bertus memberikan pertanyaan kepada ibu Arie Maya Lestari, S.Si
Q : Bagaimana caranya berpendapat secara aman dalam mengkritik pemerintahan di era digital?
A : Kita oleh mengkritik pemerintah dengan bahasa yang santun. Lebih baik juga kita kasih solusinya dan etika komunikasinya diterapkan.
-
Yesfi Mira Andria memberikan pertanyaan kepada bapak Dr. Yogi Yunefri, M.Kom
Q : Bagaimana Cara mengedukasi masyarakat agar hati-hati dalam bermedia sosial, seperti memposting foto KTP atau data-data yang ada QR Code nya seperti sertifikat vaksin yang tersimpan data di share sembarangan.
A : Kita harus melakukannya berkali-kali. Informasi vaksin kita tidak bisa di share kesembarang orang. Dengan adanya kegiatan ini kita bisa jadi agen literasi agar bisa mengedukasi lingkungan sekitar kita.
-
Putri Khairana memberikan pertanyaan kepada ibu Ade Irda Savitri, S.Sos., M.I.Kom
Q : Bagaimana cara mengedukasi masyarakat terkait cyber bullying di media sosial agar masyarakat dapat lebih beretika dalam berkomentar atau bermain sosmed?
A : Semua ketika kita mengshare sesuatu di medsos apa niatnya dan tujuannya. Kita yakinkan bahwa apa yang kita share sudah berada di ranah yang aman. Yang paling penting sebagai personally tetap di jalan yang baik.
Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator kembali menyapa Key Opinion Leader, @seerasafira. Menurut beliau, . Media social inikan alat yang bisa kita gunakan dan manfaatkan kearah yang positif dan bermanfaat. Kita juga harus menciptakan content yang sangat bermanfaat untuk masyarakat. Kemudian, setelah rangkaian acara selesai, moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.
Note : KOL hilang jaringan karena dipanggil tidak ada respon