RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Partai politik koalisi pemerintah menyambut kawan baru, yakni Partai Amanat Nasional (PAN). Partai pimpinan Zulkifli Hasan itu ikut dalam pertemuan bersama 6 ketua umum (ketum) dan 6 sekretaris jenderal (sekjen) yang diundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (25/8).
Sekjen Partai Nasdem Johnny Plate mengatakan, ada tujuh ketua umum dan tujuh sekjen pada pertemuan tersebut. Pertama Ketum PDIP Megawati dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto; kedua, Ketum Partai Nasdem Surya Paloh didampingi Sekjen Nasdem Johnny Plate.
Selanjutnya, ketiga, Ketum Gerindra Prabowo Subianto didampingi Sekjen Ahmad Muzani; keempat, Ketum Golkar Airlangga Hartarto didampingi Sekjen Lodewijk Paulus; kelima, Ketum PKB Muhaimin Iskandar didampingi Sekjen Hasanuddin Wahid; keenam, Ketum PPP Suharso Monoarfa didampingi Sekjen Arwani Thomafi.
"Ketujuh, sahabat baru koalisi, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan yang didampingi Sekjen Eddy Soeparno," sambung Johnny.
Terkait bergabungnya PAN, Johnny Plate mengharapkan semakin memperkuat dan memperkaya gagasan dan pandangan serta ide-ide baru dalam rangka melanjutkan pemerintahan dan mengisi demokrasi Indonesia.
“Karena masih suasana pandemi yang dibicarakan tadi adalah bagaimana kegotongroyongan politik dapat dilakukan, sehingga bisa menghasilkan kebijakan secara cepat, tepat, dan efisien. Jangan sampai terjadi kegagapan dalam kebijakan,” kata Johnny dalam konferensi pers yang digelar daring seusai pertemuan.
Menurut Johnny, Zulhas pun menyampaikan terima kasih karena diajak serta dalam rapat dan mempunyai kesempatan menyampaikan pandangannya dalam berbagai topik yang dibahas.
“Tentu sebagai sahabat baru di koalisi, apalagi Pak Zul eks Ketua MPR, dari perspektif MPR cukup kental bagaimana musyawarah yang cocok untuk Indonesia,” terangnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika ini menegaskan, topik dari bergabungnya PAN ini tidak berkaitan dengan reshuffle atau kocok ulang kabinet, pelebaran koalisi ataupun penambahan anggota kabinet.
“Topiknya bukan topik reshuffle kabinet. Topiknya bukan membahas pelebaran koalisi atau penambahan anggota kabinet,” tegasnya.
Soal apakah PAN minta dilibatkan, dia menjelaskankan bahwa yang mengundang adalah presiden dan semua pimpinan parpol menyambut baik kehadiran PAN melalu Ketum dan Sekjen tadi.
“Kita berharap setelah PAN bergabung semakin banyak gagasan yang beragam bagi jalannya pemerintahan,” uajr Johnny.
Dapat Jatah Kursi Menteri?
Soal kursi menteri, Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan tidak dibicarakan dalam pertemuan di Istana kemarin, dan PAN pun tidak mau cawe-cawe terkait hal itu.
.
"Karena itu kewenangan dan hak prerogatif Presiden," kata Viva, Kamis (26/8).
Viva menegaskan, PAN meskipun selama ini di luar koalisi tetap mendukung pemerintah.
"Secara pribadi, hubungan Pak Jokowi dan Bang Zulkifli Hasan sudah berjalan lama dan terjalin baik. Bahkan sewaktu Pak Jokowi masih sebagai Wali Kota Solo. Kedekatan pribadi ini terjalin dengan baik sampai sekarang," katanya.
Tak Ada Makan Siang Gratis
Akan tetapi Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin tidak yakin tidak ada kepentingan di balik PAN gabung pemerintah. Dia menduga tentu ada timbal balik, entah perolehan kursi di kabinet maupun kepentingan lain.
"Tak ada makan siang yang gratis. Tak ada koalisi yang tulus. Semua berbalut kepentingan dan saling dukung," kata Ujang.
Tetapi, jika PAN tidak mendapatkan jatah kursi menteri, menurut dugaan Ujang, tentu ada kompensasi lain.
"Namun biasanya, jika berkoalisi yang dapat kompensasi. Oleh karena itu, kita lihat aja ke depan, jika ada reshuffle itu artinya ada akomodasi terhadap PAN," kata Ujang. (suara, lp6, okz)