RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Alumni Universita Riau Geofakta Razali meraih gelar doktor di bidang ilmu komunikasi di Universitas Sahid (Usahid) pada usia yang terbilang masih muda, yaitu 29 tahun.
Pakar public speaking ini berhasil memperjuangkan atau mempertahan disertasinya yang berjudul "Pluralisme Moral, Analisa Kritis Teori Pengakuan Social Axel Honneth dalam seni Cross Dresser" dalam Sidang Terbuka Usaid pada 19 Juli 2021, sebulan yang lalu.
Rektor Universitas Sahid, sekaligus ketua dewan penguji Prof. Dr. Ir. H. Kholil, M.Kom pada Program Pascasarjana Usahid, membacakan berita acara yang memutuskan Geofakta Razali lulus sebagai doktor ilmu komunikasi.
Dia berhasil memperjuangkan disertasinya atas banyak pertanyaan dan sanggahan dari dewan penguji, antara lain Prof. Dr. Ir. H. Kholil, M.Kom, Dr. Mirza Ronda, M.Si, Dr. Titi Widaningsih, M.Si, Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si, Dr. Mikhael Dua, MS, Dr. Alexander Seran, Dr. Umaimah Wahid, M.Si, Dr. Rahtika Diana, M. Si , serta di hadapan 70 orang yang menghadiri sidang melalui cara online dan offline.
Apa yang menarik dari sosok Geofakta?Atmosfer pendidikan selalu menarik apabila melihat sosok muda yang inspiratif dan berhasil memberikan tempat dan ruang pada kepentingan bersama.
Dalam keseharian, putra Kota Galamai, Payakumbuh, Sumatera Barat itu seorang milenial dengan telinga ditindik, bertato dan berewok. Namun gaya milenialnya itu tidak mengganggu Geofakta Razali untuk mengejar jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
"Geofakta adalah sosok nyata yang dapat memberikan contoh pada usaha milenial dalam menegakkan konsep ilmu dan praktis dapat berjalan beriringan. Walau badan dipenuhi dengan tato, berewokan dan tindikan, dia menjadi anak muda yang dinamis, kritis, namun dapat berdiskusi dengan argumen dasar yang dapat dipertanggungjawabkan," Dr. Mirza Ronda sebagai promotor doktor Geofakta.
Selama ini, Geofakta telah dikenal membawa pengaruh pada dunia public speaking, digital marketing, marketing communication, yang merupakan aset kemampuan strategis pada zaman postmodern ini. Seperti halnya yang dia selalu bagikan dan memberikan influence melalui sosial media instagramnya yaitu @geofakta.
Dalam disertasinya Pluralisme Moral (Analisa Kritis Teori Pengakuan Social Axel Honneth dalam seni Cross Dresser), adapun kebaruan yang ditemukan merupakan sebuah alternatif masalah konflik sosial multikulturalisme dengan menawarkan pengakuan sosial adalah salah satu kompetensi komunikasi demi mewujudkan pluralisme moral, rasa hormat, dan solidaritas.
Geofakta berhasil melampaui komunikasi Habermas, dan Axel Honneth sebagai sebuah sumbangan pemikiran atas keilmuan komunikasi.
"Komunikasi merupaka kebebasan berpikir di saat era persepsi menandingi prestasi, namun tanggung jawab dari argumen komunikasi, harus berlandaskan keilmuan yang tepat dan berdasar," kata Geofakta, Sabtu (21/8/2021).
Geofakta dengan nada merendah mengatakan bahwa gelar doktor yang diraihnya itu tidak ada artinya, dan juga tidak lepas doa dari kedua orang tuanya Alnova Sonta Mega dan Zairasmita, serta menikmati segala proses adalah hal yang merupakan berkat tak terhingga dalam selalu memperoleh pengembangan diri, kebaikan, dan mencari falsafah hidup.
Selain sehari-hari sebagai dosen Komunikasi Budaya Milenials dan Postmodernisme, Geofakta juga
Marketing Communication and Media PR Specialist PrivyID.
Kedua orang tuanya tinggal Payakumbuh. Menamatkan SD Islam Raudhatul Jannah, SMP Negeri 1 Payakumbuh SMA Negeri 2 Payakumbuh. Dari Kota Galamai, Geofakta melanjutkan pendidikannya ke Universitas Riau.