RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, kembali bergulir. Kali ini mengusung tema Literasi Digital - Cerdas Bermedsos Generasi Millenial.
Kegiatan yang berlangsung pada Jumat (18/6/2021) pukul 14.00-17.00 WIB ini mengupas tentang bagaimana menggunakan media sosial dengan bijak dan agar menjadi warga global melalui media sosial.
Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoax serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Kegiatan yang secara nasional telah dibuka oleh Presiden Jokowi ini dilaksanakan secara simultan di semua daerah dengan target 10 juta partisipan mengikuti webinar dan tersentuh oleh literasi digital.
Pada webinar yang menyasar segmen pelajar sukses dihadiri oleh 525 peserta daring. Hadir dan memberikan materinya secara virtual, para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Inna Dinovita, Owner Saesha Cantika Indonesia, Ari Maya Lestari, Master Mentor SIGAP UMKM, Nugroho Noto Susanto, Komisioner KPU Riau, dan Yusri Rasoel, Sekretaris Dinas Pendidikan Riau.
Penggiat media sosial yang juga hadir, pembawa berita TvOne, Dosen, dan Moderator, Chacha Annissa bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya. Hadir pula selaku Keynote Speaker, Samuel A Pangerapan, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo.
Pada sesi pertama, Inna Dinovita menyampaikan, media sosial sudah menjadi kebutuhan, terutama WhatsApp sebagai pengganti SMS sebagai alat komunikasi harian. Dengan adanya media sosial, diberikan kemudahan bahkan untuk komunikasi jarak jauh. Media sosial memiliki fitur-fitur yang dapat memudahkan dalam menjalankan aktivitas harian seperti WhatsApp untuk berkomunikasi serta ada WhatsApp Business, Youtube untuk mencari informasi dan hiburan, kemudian Instagram untuk membagikan foto dan video serta promosi produk, jasa atau layanan. Lalu, TikTok yang bisa digunakan seperti fitur Instagram. Kemudian, Facebook yang bisa digunakan untuk menyebarkan informasi, marketplace dan memiliki fitur posting terjadwal.
"Maka, untuk memanfaatkan media sosial dengan baik pilihlah media sosial yang tepat dengan fungsi yang diharapkan," ungkapnya.
Pembicara kedua, Arie Maya Lestari yang memberikan pemaparan tentang bermedia sosial yang sehat dan aman. Masyarakat harus memahami fitur kemana di berbagai aplikasi media sosial. Dalam menggunakan media sosial harus berhati-hati dalam memilih teman di media sosial. Kemudian, hindari klik link atau tautan yang tidak jelas. Gunakan sandi yang berbeda serta unik pada setiap akun media sosial, serta buat konten yang bijak dan bermanfaat. Hal yang tidak boleh dilupakan juga mengaktifkan fitur privasi untuk mencegah orang asing untuk mengakses profil media sosial.
"Dalam kejahatan media sosial tentunya kita pernah mendengar hacker dan cracker. Hacker adalah seorang peretas yang menerobos masuk ke dalam komputer atau jaringan komputer kita. Sedangkan, untuk cracker adalah perusak yang bersifat legal dan merugikan. Untuk menghindari hal itu kita harus mengganti password dengan kata yang unik dan memilih website yang aman, gunakan fitur verifikasi dua langkah, serta menggunakan perangkat yang terpercaya," paparnya.
Pembicara ketiga, Nugroho Noto Susanto yang menyampaikan materi tentang urgensi etika digital bagi pengguna media sosial. Tantangannya, masyarakat harus memanfaatkan ruang digital yang semakin meningkat. Namun, beriringan dengan meningkatnya “disrupsi sosial” di ruang digital.
"Dalam ruang digital ada yang namanya netiket. Sepuluh langkah netiket dalam berinteraksi di dunia maya, yaitu ingatlah keberadaan orang lain, taat kepada standar perilaku online yang sama kita jalani dengan kehidupan nyata, berpikir lebih dulu sebelum berkomentar, hormati waktu dan bandwith orang lain, gunakan bahasa yang sopan dan santun, bagilah ilmu dan keahlian, menjadi pembawa damai dalam setiap diskusi yang sehat, hormati privasi orang lain, jangan menyalahgunakan kekuasaan, maafkan jika orang lain membuat kesalahan," katanya.
Pembicara terakhir, Yusri Rasoel menjelaskan bahwa harus membudayakan sistem digital ini secara positif dan secara massif.
"Kita harus merangkul budaya digital yang berguna untuk memecah hierarki dan mempercepat pekerjaan. Kemudian, juga bisa mendorong inovasi serta menarik bakat usia baru dan mempertahankan tenaga kerja. Kaitannya budaya digital dalam pendidikan dan revolusi 4.0 adalah dunia pendidikan kita memang sangat dinamis karena satu sisi kita harus mengikuti perkembangan yang ada namun satu sisi juga bertentangan dengan tingkat perekonomian kita saat ini. Keterampilan yang dibutuhkan di era digital ini adalah kreativitas dan critical thinking. Tantangan untuk Indonesia saat ini adalah sumber daya manusia dan Iptek. Harus ada peningkatkan produktivitas menuju keunggulan kompetitif," jelasnya.
"Melalui pendidikan formal dan non-formal harus dilakukan literasi digital. Masyarakat umum dengan mudah dapat menemukan informasi melalui internet untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan berbagai permasalahan. Budaya digital mesti ditumbuhkan dan dimiliki oleh setiap masyarakat terutama bagi siswa atau mahasiswa sesuai tuntutan zaman," tambahnya.
Chacha Annissa sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini menuturkan etika bermedia sosial itu sangat penting.
"Pergunakanlah media sosial untuk hal yang baik-baik saja. Interaksi sosial juga sangat penting dan jangan selalu bergantung pada gadget. Media sosial digunakan untuk hal yang positif dan untuk hiburan, jika media sosial jika tidak digunakan dengan baik akan menjadi bumerang bagi kita," katanya.
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber.
Dian Oka Putra memberikan pertanyaan kepada Narasumber Nugroho Noto Susanto soal, bagaimana KPU untuk memerangi black campaign dan buzzer yang membuat opini?
Narasumber menjelaskan benar bahwa KPU melegalkan metode kampanye dengan media sosial. Karena betapa pentingnya media sosial bagi kehidupan kita terutama juga dalam ruang politik, spesifik pemilu atau pilkada. Menurut beliau, banyak sekali laporan dalam konteks negatif seperti black campaign, ujaran kebencian dan hoaks tadi. Demokrasi yang kita bangun adalah demokrasi pancasila di mana kebebasan dalam ruang kampanye dengan aspek-aspek etika.
"Untuk praktek buzzer, cebong atau kadrun adalah contoh ketidakbijaksanaan penggunaan media sosial yang bisa memecah belah masyarakat. Yang perlu kita lakukan adalah penyadaran bagi masyarakat yang literasinya rendah. Apa yang kita baca adalah diri kita, kita harus bangun pendidikan literasi tiada henti," katanya.
Webinar ini merupakan satu dari rangkaian 60 kali webinar yang diselenggarakan di Kota Pekanbaru. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan datang. Webinar berikutnya akan diselenggarakan pada 19 Juni 2021.