RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU – Sebagian wilayah Riau sejak awal Juni mulai terjadi kebakarann hutan dan lahan (Karhutla). Dari hasil investigasi tim Satgas Karhutla di lapangan, sebagian besar lahan yang terbakar tersebut dibakar oleh masyarakat yang merambah hutan untuk membuka lahan, baik yang ada di area perusahaan maupun lahan milik masyarakat sendiri atau dilahan yang kosong.
Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan, BPBD Riau, Jim Ghafur mengatakan, wilayah Riau yang terpantau Karhutla di antaranya Kota Dumai, Rokan Hulu, Pelalawan dan Bengkalis. Di mana terpantau setiap harinya ada titik api (hotspot) dan lahan yang terbakar. Apalagi wilayah Riau saat ini sudah memasuki musim kemarau.
“Hotspot dalam bulan ini terjadi bergantian dan banyak di daerah Rohul, Pelalawan, Bengkalis, Dumai. Dan memang wilayah Riau memasuki musim kemarau, dan terpantau titik api. Tapi titik api yang terjadi bisa diatasi oleh tim Satgas, baik di darat maupun udara,” ujar Jim Gafur, Kamis (17/6).
“Karhutla yang terjadi dalam beberapa hari ini ada di area perusahaan dan lahan masyarakat. Ada yang di Bukit Tiga Puluh, kemudian di daerah Dumai masuk di perusahaan. Di area yang ada titik api memang ada perambah yang masuk membakar, dan juga yang di Rohil juga ada membuka lahan. Sekarang dari pihak kepolisian sedang menyelidiki dan sudah di lokasi,” jelas Jim Gafur lagi.
Untuk mengantisipasi meluasnya Karhutla, BPBD Riau bersama Satgas Karhutla telah siap siaga setiap terjadi Karhutla. Termasuk dengan menyiapkan 5 helikopter dan satu pesawat wing untuk patroli bantuan dari BNPB. Lima heli yang stanby itu telah bergerak memadamkan titik api dengan water bombing.
“Heli masih stanby dari BNPB. Lima heli ini stanby sampai status siaga darurat Karhutla dicabut, status masih sampai 31 Oktober. Bisa saja helinya ditambah melihat kondisi Karhutla di Riau, dan bisa saja dikurangi. Selain bantuan heli, wilayah Riau juga akan dilakukan teknilogi modifikasi cuaca (TMC),” kata Jim Gafur.
“Untuk wilayah Riau, TMC tahap kedua kemungkinan tanggal 20 Juni ini. Sebelumnya TMC juga dijalankan di Palembang, Jambi dan Riau serta satu lagi di Kalimantan. TMC di Riau ini untuk periode kedua, periode pertama di Maret dan April lalu, berapa lama TMC ini biasanya tergantung situasinya seperti apa liat kondisi di Riau, kalau tahun lalu bisa sampai tiga bulan,” katanya.
Untuk diketahui, musim kemarau di wilayah Riau mulai terjadi pada awal bulan Juni hingga Agustus mendatang. Saat ini, terjadi transisi dari musim hujan ke musim kemarau, di mana mengakibatkan sebagian wilayah Riau terjadi hujan ringan dan musim panas. Puncak kemarau diperkirakan terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Kemudian masuk lagi musim hujan pada bulan September dan Oktober.
Pada hari Kamis (17/6), di wilayah Riau terpantau 10 titik api, di antaranya di Kabupaten Bengkalis 3 titik, Kabupaten Meranti 3 titik, Kabupaten Rokan Hilir 3 titikan dan di Kabupaten Siak 1 titik.