RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Anggota DPRD Kota Pekanbaru, Robin Eduar meminta Satpol PP Kota Pekanbaru untuk memperketat aturan serta melakukan penertiban terhadap aktivitas tenda ceper di Stadion Utama.
Pasalnya, belakangan tenda ceper kembali viral sebab tersebarnya video remaja yang berbuat asusila di lokasi tersebut.
"Pertegas lagi penindakannya. Sita peralatan pedagang tersebut, seperti tenda ceper, dan lain sebagainya, supaya jangan terulang lagi., supaya jera. Aturan hukumnya kan sudah ada," katanya Robin, Rabu (2/6/2021).
Robin juga mengatakan, lemahnya pengawasan oleh Satpol PP membuat tidak jeranya pelaku usaha dan pengunjung. Terbukti hingga saat ini, pedagang masih nekat mendirikan dan mengambil keuntungan dari tenda ceper tersebut.
"Pekanbaru ini Kota Madani, sangat tidak baik (mesum) jika terus dibiarkan. Satpol PP segera bertindak tegas, segera tertibkan," katanya.
Robin mengungkapkan, Stadion Utama bukan satu-satunya tempat yang kerap dijadikan tempat mesum. Di sekitar Stadion Kaharudin Nasution, Rumbai atau tepatnya di lapangan Caltex juga sering ditemukan hal-hal serupa.
"Ini tidak boleh dibiarkan, karena dapat merusak moral anak muda Pekanbaru," tutupnya.
Sebelumnya, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Riau, Rawa El Amady menyebut langgengnya 'tenda ceper' di kawasan Stadion Utama Riau adalah bentuk kegagalan pemerintah mengurus dan merawat infrastruktur.
Tenda ceper diduga sengaja disediakan para pedagang di Stadion Utama untuk mempermudah muda-mudi melakukan aksi mesum. Pengunjung akan duduk di kursi yang telah disediakan dan ditutup dengan payung, sehingga kegiatan dalam payung tidak akan terpantau dari luar.
"Ini kan sudah kebiasaan pemerintah Riau. Bangun-bangun tapi tidak dirawat. Contoh konkretnya kayak di MTQ. Sekarang sudah berubah fungsi. Infrastruktur tidak dirawat, tidak dipelihara, dibiarkan begitu saja, ya orang jadi mudah untuk memanfaatkannya sesuai kepentingan masing-masing," ujarnya kepada Riaumandiri.co, beberapa waktu lalu.
Rawa mengatakan, sebelum membangun, pemerintah seharusnya memikirkan perencanaan dari hulu hingga ke hilir. Ia mencontohkan bangunan Purna MTQ yang kini berubah fungsi menjadi sekolah, perkantoran, tempat berjualan, bahkan diduga juga lokasi mesum. Padahal, Purna MTQ atau Anjung Seni Idrus Tintin merupakam arena kebudayaan Melayu.
"Stadion Utama itu kan tidak dirawat, tidak difungsikan. Jadi wajar saja masyarakat memamfaatkannya. Pedagang-pedagang itu tidak bisa disalahkan. Pemerintah yang membiarkan infrastrukturnya," paparnya.
"Sekarang mau gimana? Suruh polisi ngusir pedagang? Mau berapa lama tahan polisi di sana? Datang jam 10, jam 1 sudah balik lagi mereka. Mau setengah mati pun mengusir pedagang, kalau lokasi itu tidak difungsikan, mereka akan kembali lagi. Tidak ada gunanya," tambahnya.