RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai mutasi ganda E484Q dan L452R yang ditemukan di India berpotensi terjadi re-infeksi pada penyintas Covid-19 yang sudah tertular.
"Double mutasi ini tentu potensinya adalah terjadi re-infeksi. Orang yang sudah tertular atau penyintas Covid ini bisa terinfeksi kembali," tutur Dicky, Kamis (25/3/2021).
Lebih lanjut ia menuturkan, jika penyintas bisa tertulaa kembali karena mutasi dari virus tersebut, maka ia menilai hal ini dapat mempengaruhi strategi heard immunity dalam penanganan pandemi Covid-19.
Menurutnya, pada mutasi E484Q itu juga sempat ditemukan di Amerika Serikat, sedangkan pada mutasi virus L452R murni ditemukan di India. Namun menurutnya kedua strain ini sudah ditemukan dari sejak Desember 2020 dalam genom sekuensing yang dilakukan oleh otoritas setempat.
Dikatakan juga, saat ini harus menunggu perkembangan data penelitian yang dilakukan otoritas kesehatan India terkait mutasi virus ganda itu, karena datanya masih perlu dikaji.
"Secara umum ini merupakan satu kabar yang harus membuat kita semakin waspada," pungkasnya.
Ia berharap dengan adanya temuan mutasi itu pemerintah Indonesia melakukan penguatan pintu masuk perbatasan baik darat laut dan terutama di udara. Hal ini juga beriringan dengan strategi testing, isolasi, karantina, surveilans genomic serta mempercepat program vaksinasi.
Sebelumnya India mendeteksi varian mutasi ganda virus corona dalam 206 sampel di Maharashtra. Negara bagian itu merupakan wilayah paling terpapar parah corona.
Direktur Pusat Pengendalian Penyakit Nasional India, Sujeet Kumar Singh pada Rabu (24/3) mengatakan, varian baru juga terdeteksi dalam sembilan sampel di ibu kota New Delhi.
Sekitar 20 persen sampel yang mengandung varian baru di Maharashtra ditemukan di kota Nagpur, pusat komersial dan logistik utama.
Ahli epidemiologi Ramanan Laxminarayan menyebut istilah mutasi ganda mengacu pada varian baru yang memiliki karakteristik dari dua varian yang sudah diidentifikasi.