RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Ketua Umum Relawan Pro Jokowi-Amin (Projamin) Ambroncius Nababan buka suara terkait unggahan di akun facebook miliknya yang memuat foto Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai dan gorila disertai komentar soal vaksinasi.
Ambroncius mengatakan bahwa unggahannya itu dilatarbelakangi pernyataan Natalius yang menolak vaksin Covid-19 Sinovac dan lebih memilih membeli vaksin dari luar negeri.
Sebagai relawan Jokowi, ia merasa marah dengan pernyataan Natalius itu.
"Memang hak asasi manusia untuk menolak Sinovac, silahkan. Tapi jangan memprovokasi seakan akan Sinovac itu tidak baik, tidak bagus, tidak aman," kata Ambroncius saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (25/1/2021).
Dengan kondisi emosional, ia kemudian mencari sesuatu yang bisa diunggah terkait Natalius.
"Saya cari ini apa yang kira-kira bisa diposting untuk mengkritik beliau secara satire. Jadi saya lihat pas ada foto beliau dengan seekor gorilla," kata dia.
Ia mengklaim foto Natalius yang disandingkan dengan Gorilla itu sudah banyak beredar dan bukan buatannya. Ia mengaku hanya membuat kata-kata untuk unggahan itu.
Unggahan itu, kata dia, juga ditujukan untuk pribadi Natalius dan bukan untuk masyarakat Papua.
"Apalagi saya sudah puluhan tahun, saya di Papua sering, juga bertarung termasuk pernah caleg dari sana, kan enggak mungkin mengkhianati atau menghina rakyat Papua kan. Itu jauh sekali lah. Apalagi melakukan rasis, itu sangat tidak masuk akal," ujar dia.
Natalius Pigai sebelumnya mengumumkan telah mendapat perlakuan dugaan rasial. Pigai mengunggah foto tangkapan layar berisi muatan rasial di akun Facebook Ambroncius Nababan.
Di dalamnya foto tersebut Natalius disandingkan dengan foto gorila disertai komentar terkait vaksinasi.
"Edodoeee pace. Vaksin ko bukan sinovac pace tapi ko pu sodara bilang vaksin rabies," tulis akun Ambroncius Nababan dalam foto yang diunggah akun Twitter @NataliusPigai2, Minggu (24/1).
Pigai mengatakan selama pemerintahan Joko Widodo, pembantaian, pembunuhan dan kejahatan HAM di Papua cenderung didasari rasisme.
Menurutnya, negara memelihara dan mengelola rasisme sebagai alat pemukul tiap orang yang berseberangan dengan kekuasaan.