RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Pakar epidemiologi dari University of North Carolina- Chapel Hill Amerika Serikat, Juhaeri Muchtar, menyebut penggunaan masker lebih efektif menurunkan angka kasus covid-19 dibandingkan vaksin. Ia mengacu data The Institute for Health Metrics and Evaluation (covid19.healthdata.org).
"Menunjukkan bahwa penggunaan masker diproyeksi akan mampu menurunkan jumlah kasus mulai dari akhir Desember 2020, dan akan terus turun di April 2021," ujar Juhaeri, Kamis (1/7/2021).
Dia menambahkan, jika semua orang pakai masker maka bisa langsung menurun jumlah kasus covid-19 pada April 2021. Kalau penggunaan vaksin bisa segera diaplikasikan, kata dia maka memuncak di Februari 2021, dan kemudian menurun.
"Ini digunakan oleh pemerintah Amerika untuk memprediksi ke depannya bagaimana," ujar Juhaeri.
Dia menambahkan vaksin yang diuji klinis belum menjamin tingkat efektivitas hingga 95 persen. Hal ini yang membuatnya yakin, penggunaan masker bakal lebih efektif ketimbang vaksin.
"Kalau masker, bisa langsung menurunkan (kasusnya) sekarang. Kalau vaksin, perlu waktu untuk distribusi, administrasi, dan untuk menunggu imunitas. Makanya, masker itu jauh lebih mudah dan efektif. Dua-duanya perlu, cuma masker tinggal pakai sekarang, sementara vaksin perlu waktu," beber dia.
Juhaeri menyampaikan pandemi yang terjadi sebelum covid-19, semisal 'Spanish Flu' pada 1918, mungkin yang paling mematikan di abad 20. Sebanyak 50 juta orang meninggal akibat pandemi tersebut.
Menurut Juhaeri, pandemi covid- 19 berasal dari binatang, dan informasi itu juga menangkal isu yang mengatakan bahwa pandemi kali ini adalah rekayasa genetik dari sebuah laboratorium.
"Kalau saya bilang enggak, karena ini bukan hal pertama juga. Kita tahu yang sejenis ini mulai dari Rift Vallet Fever Virus di tahun 1931. Terus, terjadi berkali-kali sampai sekarang," ucap dia.
Co inisiator Pandemic Talks, Muhammad Kamil mengatakan, jumlah anak Indonesia yang terinfeksi covid-19 hingga 20 Desember 2020 telah mencapai 74.249 kasus. Kemungkinan, kata dia, data-data saat ini tidak merepresentasikan kondisi sebenarnya.
"Dengan database yang ada, kita bisa lihat bahwa unik banget di Indonesia ini. Kasus untuk anak 0-18 tahun mencapai 74.249 kasus. Ini bahkan lebih besar dibandingkan total kasus di beberapa negara, seperti Thailand, yang semua umurnya saja tidak mencapai 70-an ribu kasus," kata Kamil.