RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU – Anggota DPR RI asal Riau, H Arsyadjuliandi Rachman, bersyukur atas pengakuan UNESCO, yang telah menetapkan pantun sebagai Representatif Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dunia. Pria yang akrab disapa Andi Rahman itu mengaku, perjuangannya memasukkan pantun sebagai WBTB pada tahun 2017 lalu tidak sia-sia.
Andi Rahman yang juga mantan Gubernur Riau ini mengatakan, ikhtiar berbilang tahun itu menjadi sejarah bagi Riau dan Indonesia untuk terus menyapa dunia. Sebagaimana ia saat menjabat sebagai Gubernur, terus mengembangkan dan memajukan kebudayaan Melayu Riau agar mendunia.
"Semoga dengan penetapan ini menjadi jalan bagi warisan-warisan Melayu Riau lainnya untuk terus mendapat pengakuan dari lembaga internasional berkompeten," ungkapnya.
Dari pengalamannya, sertifikat pengakuan itu akan mempermudah Riau untuk menjual berbagai produk wisata budaya dan alamnya di kancah internasional. Apalagi Riau juga sudah dikenal dengan Riau the home land of Melayu.
Ia juga mengucapkan terima kasih atas konsistensi Pemerintah Provinsi Riau terutama Dinas Kebudayaan, Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dan berbagai stakeholder lainnya yang terus berjuang menjalankan berbagai proses pengusulan dari 2017 silam, saat dirinya menjadi gubernur hingga kini akhirnya mendapat pengakuan dari UNESCO.
"Sekali lagi, syabas dan tahniah. Semoga pengakuan ini juga semakin mengukuhkan Riau sebagai tanah tumpah darah Melayu," ungkapnya.
Tidak hanya pantun yang diajukan sebagai WBTB dunia, tapi juga muatan lokal (Mulok) Melayu Riau juga diajukan pada tahun 2018 yang lalu. Bahkan pencanangan Mulok ini langsung dipraktekkan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dan diikuti dengan atribut-atribut dan bahasa Melayu di gedung seperti mal, hotel dan perkantoran.
Sebelumnya diberitakan, setelah menunggu selama 3 tahun dan menjalani proses yang panjang, dan penuh perjuangan, akhirnya pantun berhasil diinkripsi ke dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan UNESCO, Kamis (17/12), sekitar pukul 20.30 WIB atau pukul 14.30 waktu Paris.
Sidang penetapan berlangsung secara daring dengan tuan rumah negara Jamaica. Di mana Pantun diusulkan ke UNESCO sejak tahun 2017 oleh negara Indonesia dan Malaysia.
Dr. Pudentia dan Datuk Seri Al azhar mewakili ATL selaku NGO Kebudayaan yang terakreditasi di UNESCO turut menghadiri sidang ini di samping delegasi resmi pemerintah Indonesia dan Malaysia. Dikatakan bahwa keberhasilan ini adalah usaha dan kerja keras bersama ATL Indonesia khususnya ATL Riau dan Kepri.
“Kita bisa bersyukur karena Pantun sudah ditetapkan UNESCO sebagai Representative List Indonesia bersama Malaysia. Terima kasih atas dukungan dan perhatian Bapak Ibu Teman-teman semua,” ungkap Pudentia dalam pesan WhatsAppnya.
Sejak tahun 2017 Provinsi Riau melalui Dinas Kebudayaan telah melakukan banyak hal dalam upaya agar WBTB Pantun layak ditetapkan oleh UNESCO. Berbagai seminar, pameran, dan aktivitas terkait pantun di masyarakat senantiasa dilakukan secara intens. Tentu saja peran ATL Riau yang diterajui DS Al azhar menjadi daya juang yang tinggi.
Menurut Kadisbud Riau, Raja Yoserizal Zen, usaha mendemamkan pantun di masyarakat telah berlangsung sejak lama.
Reporter: Nurmadi