RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Politikus PDIP Masinton Pasaribu tak mempermasalahkan Partai Masyumi dibentuk kembali dan menjadi kelompok oposisi baru terhadap pemerintah. Menurutnya, pihak yang berseberangan lumrah ada dalam alam demokrasi.
Selain itu, dia mengatakan setiap orang juga berhak berkumpul dan berserikat seperti diatur dalam UUD 1945.
"Bahwa secara politik ada yang berseberangan, tidak masalah. Justru itu dinamika berdemokrasi," kata Masinton seperti dikutip dari CNN Indonesia, Minggu (8/11/2020).
Ia juga tak merasa kehadiran Masyumi akan mengganggu kiprah PDIP. Sebab kedua partai punya ceruk pemilih yang berbeda.
"Masing-masing partai politik punya segmen pemilih masing-masing. PDIP lebih ke pemilih nasionalis, kalau Masyumi dilihat dari deklarasinya cenderung religius," ujar Masinton.
Dia lalu mengingatkan bahwa pendirian partai politik tidak mudah. Terlebih jika ingin menjadi peserta pemilu.
Partai harus melewati serangkaian verifikasi sebelum resmi berdiri. Lalu setiap menjelang pemilu, partai juga harus lolos verifikasi yang dilakukan KPU untuk bisa berkontestasi memperebutkan suara.
"Kalau dia mau sebagai organisasi politik, dia ikut pemilu ya dia harus mekanisme UU, tahapan verifikasi sebagai parpol, sebagai peserta pemilu, sebagai alat politik. Berproses dan diuji oleh waktu," kata Masinton.
Sebelumnya, sejumlah aktivis mendeklarasikan pendirian Partai Masyumi. Pendirian kembali partai Islam itu dideklarasikan pada Sabtu (7/11), tepat 75 tahun kelahiran Masyumi.
Sejumlah tokoh disebut akan bergabung. Beberapa di antaranya merupakan aktivis yang kerap kali berseberangan dengan koalisi pemerintah, seperti Abdullah Hehamahua dan M.S. Kaban. Masyumi juga hendak menjak Rizieq Shihab, Amien Rais, dan Abdul Somad bergabung.