RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Viral orasi pancasalah mahasiswi bernama Sasa saat demo menolak omnibus law UU Cipta Kerja (Ciptaker). Ketua DPP PAN Pangeran Khairul Saleh menilai orasi itu sebagai bentuk amarah sesaat dan kecintaan terhadap negara.
"Itu kita anggap sebagai amarah sesaat sebagai wujud ekspresi kepedulian dan kecintaan mahasiswa untuk bangsa dan negara kita," kata Pangeran kepada wartawan pada Sabtu (10/10/2020).
Pangeran, yang juga Wakil Ketua Komisi III DPR RI, menilai Sasa tidak memiliki tendensi untuk menghina dasar negara. Menurutnya, itu hanya bentuk ekspresi keprihatinan.
"Menurut saya, tidak ada tendensi dan niat menghina dasar negara. Yang bersangkutan menunjukkan rasa prihatin menurut pandangan dan pendapatnya," ujar Pangeran.
Selain itu, Pangeran mengatakan penolakan mahasiswa terhadap UU Ciptaker merupakan hak kebebasan berpendapat dalam negara demokrasi, khususnya selama penyampaian pendapat tersebut tidak dilakukan secara anarkistis.
"Penolakan mahasiswa terhadap omnibus law UU Cipta Kerja adalah wujud negara kita sebagai negara demokrasi yang mempunyai kebebasan dalam berpendapat dan itu adalah hak yang diberikan oleh UU asalkan tidak anarkistis dan membuat keonaran," jelas Pangeran.
Diketahui, video orasi pancasalah dari Sasa viral seiring dengan protes-protes terhadap omnibus law UU Cipta Kerja. Sasa merupakan seorang mahasiswi asal Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar.
Dalam video berdurasi 0,92 detik tersebut, tampak Sasa mengenakan kaus hitam berorasi di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar. Di sekelilingnya tampak sejumlah massa lain dan kepulan asap dari ban yang dibakar di jalan. Sembari memegang pengeras suara berwarna merah, dia kemudian meneriakkan orasinya soal Pancasila yang telah terganti.
"Tendangan dibalas tendangan, darah dibalas darah, negara kita yang katanya negara Pancasila sekarang menjadi negara pancasalah, 1 ketuhanan yang maha hormat, 2 kemanusiaan yang adil bagi para birokrat, 3 persatuan para investor, 4 kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat penindasan dalam permusyawaratan diktatorian, 5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat kelas atas," kata Sasa dalam orasinya yang disambut tepukan tangan massa aksi.
Sasa menjelaskan konten pancasalah tersebut adalah kritik terhadap segelintir penguasa yang mengubah marwah Pancasila.
"Pancasalah adalah kritik kepada pemerintah, oligarki, dan segelintir penguasa yang mengubah marwah Pancasila," kata Sasa kepada detikcom, Sabtu (10/10).