RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah merespons hiruk-pikuk soal Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja yang disahkan menjadi Undang-undang (UU) melalui Rapat Paripurna hari ini. Dia menyampaikan surat terbuka untuk para serikat pekerja atau buruh.
"Kepada teman-teman serikat pekerja/serikat buruh, sejak awal 2020 kita telah mulai berdialog tentang RUU Cipta Kerja, baik secara formal melalui lembaga Tripartit, maupun secara informal. Aspirasi kalian sudah kami dengar, sudah kami pahami. Sedapat mungkin aspirasi ini kami sertakan menjadi bagian dari RUU ini. Pada saat yang sama kami juga menerima aspirasi dari berbagai kalangan," kata dia dalam tulisannya, Senin (5/10/2020).
Ida menjelaskan dirinya telah berupaya mencari titik keseimbangan, antara melindungi yang telah bekerja dan memberi kesempatan kerja pada jutaan orang yang masih menganggur yang tidak punya penghasilan. Dia mengakui tidak mudah, tapi pihaknya sudah memperjuangkan sebaik-baiknya.
"Saya paham ada di antara teman-teman yang kecewa atau belum puas. Saya menerima dan mengerti. Ingatlah, hati saya bersama kalian dan bersama mereka yang masih menganggur," sebutnya.
Ida juga merespons rencana buruh melakukan mogok nasional sebagai respons penolakan terhadap pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
"Terkait rencana mogok nasional, saya meminta agar dipikirkan lagi dengan tenang karena situasi jelas tidak memungkinkan untuk turun ke jalan, untuk berkumpul. Pandemi COVID masih tinggi, masih belum ada vaksinnya," jelasnya.
Dia minta buruh mempertimbangkan ulang rencana mogok. Dirinya meminta mereka membaca secara utuh RUU Ciptaker. Sebab, banyak aspirasi pekerja yang sudah diakomodir.
"Soal PKWT, outsourcing, syarat PHK, itu semua masih mengacu pada UU lama. Soal upah juga masih mengakomodir adanya UMK. Jika teman-teman ingin 100% diakomodir, itu tidak mungkin. Namun bacalah hasilnya. Akan terlihat bahwa keberpihakan kami terang benderang," tegasnya.
Karena sudah banyak yang diakomodir, menurutnya mogok menjadi tidak relevan. Dia meminta buruh melupakan rencana itu. Kata Ida, jangan mengambil risiko yang membahayakan nyawa mereka sendiri beserta keluarganya.
Sekali lagi, dia mengajak buruh kembali duduk bersama dengan semangat untuk melindungi yang sedang bekerja dan memberi pekerjaan bagi yang masih menganggur.
Ida dengan antusias menunggu kehadiran perwakilan buruh di meja dialog, bukan di jalanan. Dia percaya bahwa selalu bisa ditemukan jalan tengah yang saling menenangkan.
"Salam sayang saya kepada keluarga di rumah. Tetaplah sehat. kitarawatkita," tutupnya.