RIAUMANDIRI.ID, SIAK - Pagi tadi puluhan ibu-ibu kader Keluarga Berencana (KB) Kampung Koto Ringin, Kecamatan Mempura, sudah menunggu Bupati Siak Alfedri, di halaman kantor pemerintahan kampung setempat, Kamis (17/9/2020). Masing-masing tampak memakai masker dan duduk di kursi plastik secara berjarak.
Meski harus tunduk dengan protokol kesehatan Covid 19, keakraban ibu-ibu ini dengan Alfedri masih terasa pekat. Saat mobil yang ditumpangi Alfedri tiba di depan laman kantor itu, ibu-ibu ini menyambutnya dengan hangat. Ya, tanpa berjabatan tangan, seperti hari-hari yang telah lama berlalu.
“Cuci tangan dulu Pak,” kata Desi Fefianti, Camat Mempura yang juga ikut menunggu.
Alfedri meresponnya dengan ramah lalu mendekati fasilitas cuci tangan yang ada di sebelah kiri menjelang pintu masuk. Setelah cuci tangan, Alfedri mengajak semuanya masuk. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Siak Darusalim dan Penghulu Kampung Koto Ringin, Arun tampak mendampingi.
Kehadiran Suami Rasidah di tengah kader KB kampung Koto Ringin itu untuk membuka sekaligus menjadi pemateri program Pembinaan Kampung KB. Pria berbatik biru itu kemudian memecah suasana yang tampak formal sejak awal. Ia mengajak ibu-ibu yang menjadi audiensnya tersebut berdialog dan memberikan reward jika bisa menjawab kuis yang sesekali ia lempar.
“Ibu-ibu kader KB ini tentu sudah lebih tahu dari saya, bahwa KB itu tidak melulu tentang program 2 anak. KB itu intinya bahagia dan sejahtera, bahagianya dunia akhirat,” ucap Alfedri.
Ia memaparkan program KB itu sesungguhnya demi kepentingan yang lebih luas. Dimulai dari rencana saat mencari jodoh, pranikah, pascanikah, pengaturan dan manajemen keluarga dan lain-lain.
“Karena itu disebut namanya KB, keluarga berencana. Jadi harus ada perencanaan yang matang dalam menjalani kehidupan di dalam keluarga, agar teratur, berkualitas dan sehat,” jelas dia.
Jika selama ini program KB dianggap hanya sekedar alat kontrasepsi dan pembatasan 2 anak, itu merupakan perspektif yang sempit. Karena itu, kader KB di kampung-kampung harus mampu menjadi pelopor utama pengetahuan masyarakat terkait KB.
“Jika masyarakat sudah memahami bahwa program KB itu untuk menciptakan keluarga bahagia dan sejahtera, maka mungkin semua keluarga menjadi peserta KB. Jadi menurut saya, berencana itu keren,” kata dia.
Pada kesempatan itu, Alfedri sempat bercerita tentang doa nabi Adam, kemudian pencegahan stunting dan penerapan rencana dalam keluarga. Dalam program KB diisyaratkan jarak anak minimal 3 tahun, usia pernikahan untuk perempuan 20 tahun dan laki-laki 25 tahun. Hal itu disebut sebagai standar ideal untuk menciptakan keluarga berkualitas.
“Program KB ini sangat penting dan sangat bermanfaat. Karena itu saya anggap kegiatan-kegiatan KB ini perlu saya hadiri,” imbuhnya.
Di luar kegiatan, Darussalim mengemukakan kampung Koto Ringin adalah kampung KB untuk di kecamatan Mempura. Kampung ini menjadi kampung KB sudah sejak 3 tahun belakangan dan 70 persen keluarga mengikuti program KB.
“Di kabupaten Siak ini ada 14 kampung yang ditunjuk menjadi kampung KB. Sedikitnya minimal 1 kampung dalam 1 kecamatan, dan di kecamatan Mempura ini terpilih adalah kampung Koto Ringin,” kata dia.
Ia menjelaskan, pihaknya sengaja mengundang langsung bupati untuk hadir pada kegiatan itu karena permintaan kader. Selain itu, Alfedri juga merupakan sosok yang tepat untuk diajak supaya perhatiannya terhadap program KB terus berkembang. (Infotorial)