RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Sebuah simulasi yang dilakukan di Jepang menunjukkan face shield hampir tidak efektif untuk menahan aerosol pernapasan. Hal ini menimbulkan keraguan terkait keefektifannya dalam mencegah penyebaran virus Corona.
Simulasi ini menggunakan Fugaku yaitu superkomputer tercepat di dunia, yang menemukan bahwa hampir 100 persen aerosol pernapasan yang berukuran kurang dari 5 mikrometer masih bisa melewati face shield ini. Menurut sebuah lembaga penelitian yang didukung pemerintah di kota barat Kobe, Riken, sekitar setengah dari aerosol yang ukurannya lebih besar dari 50 mikrometer punya jalan sendiri untuk menyatu dengan udara.
Ketua tim di pusat ilmu komputasi Riken Makoto Tsubokura mengingatkan untuk tidak menggunakan face shield sebagai pengganti masker. Ini karena efektivitasnya sangat terbatas dibandingkan masker.
"Dilihat dari hasil simulasinya, sayangnya efektivitas face shield dalam mencegah droplet menyebar dari mulut orang yang terinfeksi lebih terbatas, dibandingkan dengan masker," kata Tsubokura pada The Guardian yang dikutip pada Kamis (24/9/2020).
"Terutama untuk droplet kecil yang berukuran kurang dari 20 mikrometer," lanjutnya.
Tsubokura juga menambahkan bahwa semua partikel aerosol yang jauh lebih kecil itu bisa keluar melewati celah yang ada di antara wajah dan face shield yang digunakan. Tetapi, untuk droplet yang berukuran lebih besar dari 50 mikrometer, face shield mungkin masih bisa digunakan untuk menahannya.
Melihat ini, Tsubokura menyarankan agar face shield ini hanya digunakan oleh orang-orang yang memang tidak disarankan menggunakan masker, seperti orang dengan gangguan pernapasan dan juga anak kecil.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa masker wajah yang terbuat dari kain bukan tenunan ternyata lebih efektif untuk mencegah penyebaran aerosol COVID-19 di udara. Kain ini jauh lebih baik dibandingkan masker yang terbuat dari katun dan juga polyester.