RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Pendeta Daniel Ronda meminta pemerintah melakukan investigasi atas kasus penembakan pendeta di Papua. Tak hanya itu, ia juga menagih janji Presiden Joko Widodo terkait penanganan konflik di Papua.
Pernyataan ini menanggapi penembakan pendeta Yeremia Zanambani di Kabupaten Intan Jaya, Papua, Sabtu (19/9/2020). GKII menduga oknum TNI menembak Yeremia hingga tewas sewaktu pergi ke kandang babi miliknya.
"Itu berdasarkan fakta di lapangan, dalam hal ini ada saksi, pimpinan wilayah melaporkan bahwa diduga oknum TNI menembak pendeta kami," kata Daniel seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Senin (21/9/2020).
Atas kejadian itu, Daniel menyatakan pihaknya meminta pemerintah melakukan investigasi terhadap kasus kematian pendeta Yeremia secara transparan dan terbuka kepada publik.
Selain itu, pihaknya juga meminta pemerintah menciptakan rasa aman bagi masyarakat sipil di Papua khususnya. Daniel mengatakan saat ini jemaat yang tinggal di sekitar lokasi penembakan pendeta Yeremia, ketakutan dan terusir dari distrik mereka.
"Mereka sekarang bersembunyi karena ketakutan, kami berharap pemerintah membantu supaya warga sipil dan rakyat tidak ketakutan dan bisa kembali ke tempat mereka," ujarnya.
Daniel juga mengingatkan agar Jokowi menepati janjinya dalam menangani konflik di Papua. Di hadapan pimpinan gereja, kata Daniel, Jokowi pernah berjanji menyelesaikan masalah Papua dengan cara melakukan pendekatan kultural, tanpa kekerasan.
"Kami juga meminta kepada Presiden Jokowi dalam hal ini yang kami memang mendukung beliau, bahwa janji beliau adalah menghentikan kekerasan di Papua, dan juga janji beliau melakukan pendekatan kultural kepada kami," kata Daniel.
Atas kejadian ini, GKII berharap ke depan aparat TNI tidak asal tembak dan bisa membedakan antara kelompok bersenjata dengan rakyat biasa, termasuk jemaat gereja.
Daniel menyesalkan insiden penembakan pendeta Yeremia yang dianggapnya sebagai tokoh rohani yang sangat disegani dan dihormati. Dia menegaskan bahwa warga sipil tidak ikut terlibat dalam kelompok bersenjata.
"Saya harap TNI bisa tahu mana kelompok bersenjata, mana rakyat, itu harus sungguh-sungguh menjadi catatan PR besar atau PR khusus buat TNI," ujar Daniel.
Dia menyatakan semua tuntutannya itu tak terkait dengan urusan politik. Menurutnya, hal ini murni menyangkut urusan kemanusiaan lantaran ada anggotanya yang meninggal diduga karena ditembak oknum TNI.
"Pada prinsipnya gereja tidak ada urusan dengan politik, kami tetap cinta Indonesia, menghormati institusi TNI, tapi kami minta keadilan," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Penerangan Kogabwihan III, Kol Czi IGN Suriastawa malah menyatakan pendeta Yeremia Zanambani meninggal usai ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua.
Menurut dia, KKB menebar fitnah karena menuduh pasukan TNI sebagai pelaku penembakan pendeta Yeremia.
"Seperti yang telah saya sampaikan kemarin, mereka sedang mencari momen menarik perhatian di Sidang Umum PBB akhir bulan ini," kata Suriastawa dalam keterangan resminya, Minggu (20/9).
Dia pun mengimbau warga tidak mudah terprovokasi fitnah-fitnah tersebut khususnya melalui media sosial.
Dia mengatakan tewasnya pendeta Yeremia menambah daftar panjang korban keganasan KKB Papua. Ia mencatat beberapa hari lalu, KKB Papua menyerang satu warga sipil dan dua prajurit TNI.