RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Dokter jiwa mengungkapkan alasan mengapa orang dengan gangguan kecemasan sulit untuk berpikir positif.
Bahkan, dukungan orang terdekat pun tidak selalu berhasil membantu. Menurut dokter, ini terjadi akibat perasaan cemas berlebih yang membuat otak selalu dalam keadaan waspada.
Dokter spesialis kejiwaan sekaligus pakar psikosomatik, dr. Andri Sp.KJ, menjelaskan bahwa gangguan kecemasan banyak dikaitkan karena faktor aktivitas otak, khususnya pada bagian amigdala, yang berlebihan.
"Posisi di otaknya selalu dalam keadaan siap sedia. Tidak heran pula banyak orang yang mengalami gangguan kecemasan sering mengeluh kayaknya tegang terus, merasa capek, merasa kaku badannya, seolah-olah enggak bisa rileks," papar Andri dikutip dari kanal YouTube Andri Psikosomatik, Rabu (9/9/2020).
Hal serupa terjadi dengan suasana hatinya, lanjut dokter Andri. Pasien gangguan kecemasan akan selalu mengantisipasi hal-hal yang berkaitan dengan pikiran. Segala sesuatu yang terjadi akan direspon secara negatif terlebih dahulu.
"Jadi kalau kita melihat, gak heran banyak orang yang mengalami kecemasan seolah-olah susah sekali berpikir positif. Karena begitu banyak hal-hal yang negatif sebagai proses antisipatif," jelasnya.
Proses pengobatannya, menurut Andri, perlu diperbaiki sistem yang berlebihan dalam otaknya. Pasien harus mau belajar untuk menenangkan amigdala pada otaknya.
Kesalahan yang kerap kali terjadi, kata Andri, pasien hanya minum obat penghilang cemas. Tapi tidak mengontrol pikirannya sendiri.
"Secara singkat obat akan membantu cepat mengatasi gejala aktivasi otonom yang berlebihan. Tapi untuk jangka panjang perlu ada cara suatu keadaan yang bisa membuat tubuh lebih rileks, lebih nyaman, dan membuat lebih stabil," jelasnya.