RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menetapkan lima perempuan sebagai Ketua Bidang Dewan Pimpinan Nasional (DPN). Mereka adalah Ketua Bidang Perempuan Ratih Sanggarwati, Ketua Bidang Jaringan dan Kerjasama Lembaga Ratu Ratna Damayani, Ketua Bidang Pengembangan UMKM dan Ekonomi Keluarga Srie Wulandarie, Ketua Bidang Pelayanan Masyarakat Styandari Hakim, serta Ketua Bidang Olahraga, Hobi dan Gaya Hidup Kumalasari Kartini.
"Partai Gelora ini partai yang suka bikin surprises. Tapi kejutan yang diberikan adalah super positif, menyegarkan dan memperbarui dinamika politik di tanah air," kata Ketua Bidang Jaringan dan Kerjasama Lembaga Ratu Ratna Damayani yang lebih akrab dipanggil Mia dalam keterangannya, Kamis (3/9/2020).
Menurut Mia, Partai Gelora mendudukkan perempuan sebagai sosok yang potensial dan kuat secara politik, bukan sekedar lipstik. Kehadiran lima perempuan sebagai pengurus inti di pusat, tentu saja hal itu yang membedakan Partai Gelora dengan partai lain, dimana perempuan tidak hanya dijadikan sebagai vote getter (pengumpul suara) saja.
"Saya sendiri merasakan, bahwa Partai Gelora memberikan respek dan pengakuan bahwa perempuan tidak hanya dijadikan vote getter saja, tapi juga kemampuannya. Tinggal kami sebagai perempuan yang membuktikan ekspektasinya dalam bentuk kerja nyata," kata istri Hersubeno Arif yang juga seorang pengusaha ini .
Mia menegaskan, sebenarnya tidak mudah bagi partai politik untuk merekrut perempuan menjadi pekerja partai, karena kiprah perempuan di politik masih dipandang sebelah mata.
"Kehadiran lima perempuan ini dapat membangun kesadaran bahwa perempuan untuk tidak ragu menjadi politisi. Menjadi politisi perempuan bisa ikut mempengaruhi hawa politik jadi lebih penuh empati dan penuh makna," tandasnya.
Sementara Ketua Bidang Pengembangan UMKM dan Ekonomi Keluarga Srie Wulandarie mengatakan, dengan terpilihnya perempuan sebagai kepala bidang menandakan bahwa Partai Gelora percaya perempuan menjalankan amanahnya dengan baik.
"Perempuan itu paling tangguh dan jadi penopang ekonomi keluarga. Perempuan yang paling kuat dan terdepan, serta menandakan partai percaya bahwa perempuan menjalaninya dengan baik," kata Wulan.
Sehingga tidak mengherankan apabila perempuan banyak yang berkiprah pada sektor UMKM, karena sebagai penopang ekonomi keluarga.
"UMKM yang dikelola perempuan itu datanya mencapai 64,5 persen atau 37 juta dari total UMKM di Indonesia dengan pendapatan perempuan 36,7 persen," kata Ketua PEPES ini.
Wulan menegaskan, UMKM saat ini merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, yakni sekitar 60,34 persen. Sedangkan kontribusi UMKM yang dikelola perempuan terhadap PDB mencapai 9,1 persen.
"Karena itu, Gelora akan menjadikan UMKM yang berdaya saing dan mandiri, terkonsolidasi dengan sistem ekonomi nasional, sehingga dapat menopang kedaulatan ekonomi Indonesia," pungkasnya. (*)