RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Dewan Kesenian Riau (DKR) semakin mempertegas bahwa karya sastra sangat berbakti pada negara, tidak hanya pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, namun pada pandemi Covid-19 pun karya satra sangat terasa baktinya kepada negara.
Demikian diungkapkan Ketua Umum DKR Taufik Hidayat alias Atan Lasak saat membuka helat Daring (dalam jaringan) Bincang Sastra dengan tema "Karya Sastra Berbakti Pada Negara" yang ditaja DKR dalam hal ini Komite Sastra, Kamis (20/08/2020) sore.
Helat ini menghadirkan dua nara sumber yakni, Bambang Kariyawan, (Penulis/Penyair Riau-Indonesia), dan Shamsudin Othman, (Penulis/Penyair Malaysia). Namun, tersebab mendapat musibah dihantam badai, Shamsudin Othman tidak bisa ikut lantaran jaringan listrik dan internetnya padam.
Mengutip pandapat Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri (SCB), kata Atan Lasak kepada peserta dari Singapura, Malaysia, Indonesia, Irak, dan Belanda, bahwa peran dan bakti karya sastra terhadap negara Indonesia sangat dasyat, sehingga mempersatukan pemuda, para intelektual, dan para pejuang negara ini.
"Kata SCB, Sumpah Pemuda adalah puisi, dan bayangkan jika tidak ada karya sastra puisi berjudul Sumpah Pemuda itu, jelas kita susah berkominikasi, dan jelas kita tidak bersatu," ucap Atan Lasak.
Pada saat ini, sambung Atan Lasak, karya sastra juga sangat berperan, berbakti kepada negara meskipun kondisi pandemi Covid-19. Bukti itu semua, bisa dilihat begitu banyak pihak pemerintah dan lembaga non pemerintah menggelar lomba puisi, cerpen, naskah drama dan sebagainya.
"Ini artinya apa, jelas karya sastra mampu memberi pencerahan kepada masyarakat dalam menyampai pesan dari pemerintah dalam percepatan penanganan Covid-9. Karya sastra dalam kondisi saat ini, juga menjadi pengimbang tenggerusnya persoalan moral, agama, dan kesehatan, lantaran mewabahnya corona," ungkap Atan Lasak.
Toloh budayawan dan seniman Riau Rida K Liamsi yang saat ini bermastautin di Provinsi Kepulauan Riau, juga menyebutkan bahwa awalnya Sumpah Pemuda adalah puisi, dan karya sastra ini mampu mencuri perhatian sehingga mempersatukan bangsa.
"Sejauh mana karya sastra berbakti kepada negara, saya rasa sangat luar biasa. Bagi seniman silakan berkarya terus, karena pada akhirnya karya itu, dalam prosesnya, berguna bagi negara ini," ucap Rida K Liamsi.
Dalam bincang itu, nara sumber Bambang Kariyawan menyebutkan, karya sastra baik itu Puisi, Cerpen, Novel, dan yang mengangkat tentang sejarah, budaya, di masing-masing daerah sudah bagian dari bakti sastra terhadap negara.
Bambang menawarkan agar karya sastra untuk lebih dikenal atau diketahui orang banyak perlu media lain, misalnya karya sastra itu dijadikan film.
Karya sastra dikemas dalam media lain, kata Dekan FIB Unilak Hang Kafrawi, sudah dilakukan kampusnya. "Kami (Ubilak) sudah mengadakan lomba film pendek yang mengangkat dari Cerpen karya seniman di Riau," katanya.
Namun, sambung Hang Kafrawi, yang menjadi persoalannya karya sastra dalam bentuk buku lebih dasyat jika dibandingkan karya sastra tersebut setelah menjadi film. Artinya, perlu penasiran mendalam hingga makna yang hendak disampai dalam karya sastra tersebut, juga menarik ditonton ketika menjadi film.
Pada kesempatan itu, peserta dari Sabah, Malaysia, Awang Abdul Muiz sempat bertanya sejauh mana karya sastra bisa menyatukan bangsa.
Menjawab hal ini, Rida K Liamsi menyebutkan, yang menyatukan suatu bangsa karena ada dua hal. Yakni, tujuan yang sama dan kepentingan yang sama. Wilayah ini jelas, Rida K Liamsi, memang menjadi bagian inspirasi seniman dalam berkarya.
"Dua hal yang menyatukan bangsa itu adalah keadilan, dan ini menjadi inspirasi seniman menulis karya sastra. Namun demikian, seperti dikatakan Bambang Kariyawan sebelumnya, tentunya ada batasan karya sastra, tidak boleh Sara," ucap Rida K Liamsi.
Helat Bincang Sastra dengan tema Karya Sastra Berbakti Pada Negara, itu dibuka dengan musikalisasi puisi, syair, dan ditutup dengan musikalisasi puisi juga dari Komite Musik DKR.