RIAUMANDIRI.ID, TELUK KUANTAN - Ketua DPRD Kuansing Andi Putra, SH, MH dan Pemuka Adat Kuansing Datuak Panglimo Dalam Drs H Suhardiman Amby, Ak, MM asal Inuman bersilaturrahmi dengan para ninik mamak atau pemuka adat yang berada di wilayah 8 kenegerian di wilayah tengah Kabupaten Kuantan Singingi di Telukkuantan, Rabu (19/8/2020) malam.
Sebelumnya, para pemangku adat atau ninik mamak dari seluruh kenegerian di wilayah hilir. Mulai dari Cerenti, Inuman, Koto Tuo Baserah (Kuantan Hilir dan sebagian desa Kuantan Hilir Seberang), Koto Rajo (Sebagian desa di Kuantan Hilir Seberang, Pangean dan Logas Tanah Darat. Dan disusul, para pemangku adat dari Pucuk Rantau, Cengar, Lubuk Jambi, Gunung Toar, dan Hulu Kuantan, yang mendukung program ini. Termasuk para pemuka adat yang ada di Antau Singingi (Singingi dan Singingi Hilir).
Sedikitnya, ada sekitar 64 perwakilan pemangku adat dari 8 kenegerian. Mulai dari Kenegerian Talukkuantan, Sentajo, Kari, Kopah, Simandolak, Benai, Siberakun dan Teratak Air Hitam bertemu, berdiskusi dengan kandidat Bupati dan Wakil Bupati Kuansing ke depan, Andi Putra-Suhardiman Amby (ASA). Termasuk juga dengan Ketua Badan Kehormatan DPRD Riau H Sukarmis dan mantan Asisten I Setda Kuansing Drs H Erlianto, MM.
"Selama ini, kita ninik mamak atau pemangku adat hanya mengurusi cucu kemenakan kalau ada masalah atau hajatan. Kini, ada program dari Pak Andi Putra dan Datuak Panglimo Dalam yang ingin memaksimalkan peran adat dalam pemerintahan. Seperti menggerakkan lembaga-lembaga adat dan perangkatnya. Dengan program memberikan intensif kepada mereka setiap bulannya," ujar Jomaris, salahseorang pemangku adat dari Benai, dalam sambutannya.
Begitu juga yang disampaikan perwakilan pemuka adat lainnya. Seperti yang disampaikan Pemangku Adat Kenegerian Talukkkuantan, Ir Emil Harda MM MBA. Baginya, Andi Putra dan Suhardiman Amby komit dalam memberdayakan pemangku adat jika diberi amanah memimpin Kuansing ke depan.
"Apalagi Datuk Panglimo Dalam. Pak Suhardiman Amby. Beliau seorang pemangku adat. Dan kepeduliannya terhadap pemangku adat ini kan tidak kita ragukan lagi. Maka, program yang mereka usung ini tepat dan jelas. Dan perlu kita dukung," ujar Emil.
Tidak hanya terhadap lembaga adat dan para perangkatnya, Andi Putra-Suhardiman dinilai mantan Kepala Desa Seberang Taluk ini juga memiliki program yang jelas terhadap anak cucu kemenanakan atau masyarakat. Seperti untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat dan keluarga.
"Ini tidak hanya janji. Dan telah dimasukkan mereka dalam visi misi dan program. Dan mari bersama-sama kita mendukung. Karena sebagai orang adat, kita ingin memaksimalkan peran adat dan perangkatnya dalam pemerintahan nantinya yang disebut tali tigo sapilin atau tigo tungku sajorangan. Ini agar terwujud Kuansing sebagai negeri beradat dan bermarwah," ungkapnya.
Sedangkan Ketua DPRD Kuansing dua periode, Andi Putra mengajak para pemangku adat di Kuansing untuk kompak dan bersatu mendukung program terkait pemangku adat ini. Dan bersama-sama diharapkannya, para pemangku adat ini berjuang untuk mewujudkan Kuansing sebagai negeri bermarwah yang menjunjung tinggi adat istiadat.
"Sama-sama kita berjuang. Program ini tidak akan terlaksana tanpa dukungan para datuk seluruhnya di Kuansing," katanya.
Datuk Panglimo Dalam Suhardiman Amby menjelaskan soal program ASA ini. Ke depan, seluruh pemangku adat di Kuansing nantinya akan disatukan dalam lembaga yang mengelolah tatanan adat-istiadat di setiap kenegerian atau wilayah.
"Siapa yang menanam, dia yang akan memanen. Maka, untuk merealisasikan program ini, sewaktu di DPRD Riau, kami sudah siapkan payung hukumnya. Nanti, kita lahirkan aturan yang mengatur tanah ulayat dan pemanfaatannya. Inilah dasar kami nanti membantu pemangku adat dan cucu kemenakan," ujarnya.
Satu per satu perwakilan pemangku adat dari 8 kenegerian menyampaikan masukan dan sarannya. Seluruhnya mengapresiasi dan mendukung program yang diusung oleh Andi Putra-Suhardiman jika diberi amanah memimpin Kuansing. Terutama untuk memaksimalkan peran adat dalam pemerintahan, mulai dari kabupaten hingga desa.
"Karena kita ingin para pemangku adat itu nantinya tidak hanya mengurusi cucuk kemenakan pada saat diperlukan saja. Kita berdayakan nanti sesuai fungsinya. Hingga ke desa. Seiring sejalan nantinya dengan pemerintahan. Itulah yang disebut tungku tigo sajorangan, adat, ulama dan pemerintah," jelas Datuk Suhardiman.