PADANG (HR)-Sebanyak 25 orang mahasiswa asal Sumatera Barat, hingga saat ini masih terperangkap dalam kancah perang di Republik Yaman, tepatnya di Kota Aden. Sejauh ini, belum ada kepastian dari pemerintah Indonesia maupun Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yaman untuk mengevakuasi mereka.
Sementara total warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di kota, mencapai 89 orang.
“Kami sangat berharap segera dievakuasi ke luar dari Yaman Pak,” ungkap Ilham Taufiq, mahasiswa asal Kota Padang, kepada Haluan, Selasa (7/4) petang kemarin.
Ilham merupakan satu dari 25 mahasiswa asal ranah Minang yang kini terperangkap di Kota Aden. Menurut alumni MAN 2 Padang yang sedang kuliah di Perguruan Tinggi Al Baihani Aden ini, kegiatan perkuliahan di kampusnya telah dihentikan akibat kondisi Kota Aden yang yang makin gawat. “Tolong sampaikan, kami sangat berharap dievakuasi agar segera bisa keluar dari Yaman,” pinta Ilham.
Dikatakan, hingga Selasa kemarin, para mahasiswa asal Sumbar tersebut masih bersembunyi di Asrama Mahasiswa di Aden. Sejauh ini, mereka juga dikunjungi pihak KBRI di Aden. “Belum ada yang dapat dihubungi, belum ada pihak KBRI yang datang ke sini,” tambah putra sembilan bersaudara yang keluarganya bermukim di Kompleks Perumahan Filano Jaya 2, Padang.
Detik-detik yang menegangkan di Aden juga diceritakan Asyam Hafizh, mahasiswa Perguruan Tinggi Al Baihani asal Kota Padang kepada ayahnya, Edi Asman Karim. Dituturkan Edi, perang antara kelompok pemberontak Syiah Huthi dengan koalisi yang dipimpin Arab Saudi, makin mencekam. Baku tembak peluru, ledakan roket dan granat di wilayah Aden masih terus terdengar hampir setiap menit.
Melalui video Whatsapp yang dikirim Asyam Hafizh kepada orangtuanya, terlihat ledakan roket sangat dekat dengan tempat pengungsian mereka. Menurut pengakuan mahasiswa Jurusan Dirasah Islamiah ini, ledakan loket hanya berjarak 100 meter dari lokasi persembuyian mereka.
Kepada orangtunya, Asyam Hafizh juga mengatakan ingin lari dari lokasi persembuyian, karena takut akan ledakan bom lain. Namun ia menyarankan pada anaknya supaya tetap di lokasi persembuyian untuk melindungi kawan-kawan yang lainnya.
“Namun jika mereka masih berada di lokasi pengungsian, mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih, dan pasokan listrik. Hanya persediaan makanan saja yang ada karena warga yang tempat ia mengungsi sekarang sangat baik memperlakukan anak saya dan temannya yang lainnya,” jelasnya, Selasa (8/4).
Dikatakan juga, dengan kondisi yang terjadi pada anaknya itu, membuat dirinya sangat khawatir terhadap keselamatan anak keduanya tersebut dan mahasiswa lainnya. Ia berharap Pemprov Sumbar segera mengambil langkah untuk melakukan penyelamatan terhadap mahasiswa Sumbar.
“Saya bersama istri saya sangat cemas. Hampir setiap hari saya selalu termenung memikirkan kondisi anak saya. Namun saya tetap mencoba untuk tegar, jika dibawakan ke suasana cemas, maka bisa saja penyakit saya kambuh nantinya,” ujar warga Perumaham Lubuk Gading I Blok II 15 Lubuk Buaya ini.
Sementara itu saat dikonfirmasi, Biro Pembangunan dan Kerjasama Rantau Setdaprov Sumbar A Yani mengatakan, pihaknya tak memiliki wewenang untuk melakukan eksekusi ataupun evakuasi terhadap mahasiswa Minang tersebut. Namun ia mengakui, terus melakukan upaya untuk menghubungi Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk koordinasi.
“KBRI di Yaman juga kami hubungi, tapi tak menjawab. Kami akan terus menghubungi Kemenlu, agar proses evakuasi dilakukan dalam waktu secepat mungkin. Ini juga menyangkut keselamatan mahasiswa Sumbar yang ada di Yaman,” ujarnya.
Kepala Bidang (Kabid) Kerjasama Rantau, Fahyu Yeretti mengatakan, telah ada 8 keluarga yang mengkonfirmasi kepada pihaknya terakait dengan kondisi anak mereka di Yaman. Kebanyakan dari mereka menginginkan agar evakuasi bisa dilakukan secepatnya.
“Sampai saat ini kita masih menunggu kalau ada anggota keluarga yang ingin mengkonfirmasi terkait dengan kondisi pelajar yang ada di Yaman. Kalau ada silahkan kontak saja hubungi ke 082174492017,” tutupnya. (h/mg-rin/isr/dn)