RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Mundurnya Mumtaz Rais dari panggung Pilkada Kabupaten Sleman menimbulkan spekulasi bahwa putra politikus senior Amien Rais itu akan diajukan sebagai calon menteri dalam reshuffle kabinet Presiden Joko Widodo.
Menanggapi kabar tersebut, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Muannas Alaidid menilai bahwa rencana pengajuan Mumtaz Rais oleh PAN untuk masuk kabinet menteri merupakan aksi barisan sakit hati.
"Bukti sebagian besar orang hari ini sakit hati karena tidak lagi kebagian kekuasaan," demikian pernyataan tertulis dari Muannas Alaidid yang dikutip pada Jumat (3/7/6/2020).
Mumtaz Rais digadang-gadang menjadi calon menteri dalam kabinet Presiden Jokowi usai mengundurkan diri dari kontestasi Pilkada Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta.
Wakil Bendahara Umum PAN, Rizki Aljupri, sebelumnya menyebut bahwa ada beberapa nama dari kader PAN yang disiapkan jika diminta untuk membantu pemerintahan Presiden Jokowi. Nama-nama tersebut adalah Soetrisno Bachir, Eddy Soeparno, Teguh Juwarno, dan Mumtaz Rais.
Namun pernyataan dari Rizki tersebut masih belum menjadi sikap resmi dari partai berlambang matahari tersebut.
PAN masih menunggu arahan dari Ketua Umumnya yakni Zulkifli Hasan terkait pengajuan nama kader untuk mengisi jabatan publik.
Sementara itu, terkait isu reshuffle kabinet yang sempat diultimatumkan Presiden Jokowi dalam video kemarahannya terhadap para menteri, politisi senior PAN, Amien Rais justru menilainya sebagai sebuah sandiwara.
"Pak Jokowi sedang bermain sandiwara politik dengan mengaduh-aduh dan merintih biar rakyat kembali mempercayainya, mencintai beliau. Jadi, maaf, yang membuat jengkel Pak Jokowi itu adalah menterinya, (seolah-olah) sementara Pak Jokowi itu bagus sekali," ucap Amien Rais seperti dikutip Suara.com, Kamis (2/7).
Ia pun menambahkan, "Jadi masih ada sisa (waktu). Kalau mau reshuffle ya silakan reshuffle, tapi ya jangan pilih lagi (menterinya) dan harus cepat. Kalau tidak ya sudah begini apa adanya".
Di akhir keterangannya, Amien Rais pun menyarankan Jokowi supaya berkaca pada nasib Presiden RI Soeharto yang ditinggal oleh para menterinya ketika sudah lengser.