PEKANBARU (HR)- Berdasarkan harga free on board (FOB) pada Februari 2015, nilai ekspor Riau mengalami penurunan sebesar 3,07 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena turunnya ekspor non migas sebesar 7,26 persen, sementara ekspor migas naik 6,76 persen.
Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Mawardi Arsyad, Senin (6/4).
Dikatakannya, dari 10 golongan barang ekspor non migas mengalami penurunan terbesar di antaranya terjadi pada produk kimia US$ 43,04 juta, Bubur kayu (Pulp) US$ 8,54 juta, serta ampas dan sisa industri makanan yakni US$3,73 juta.
"Selama Januari-Februari 2015, nilai ekspor Riau mengalami penurunan sebesar 11,23 persen, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sehingga menyebabkan penuntun terhadap nilai ekspor migas sebesar 10,73 persen dan ekspor non migas turun 11,46 persen. Ini dipicu karena turunnya ekspor minyak mentah sebesar 6,68 persen dan hasil minyak sebesar 49,23 persen," ujar Mawardi.
Menurutnya, ekspor non migas paling tinggi dilakukan ke Tiongkok US$ 281,88 juta atau 16,61 persen, India US$ 181,99 juta atau 10,72 persen, Amerika Serikat US$ 99,50 atau 5,86 persen, Belanda US$ 90,66 juta atau 5,34 persen, dan Pakistan US$ 89,86 juta atau 5,30 persen. Dengan kontribusi yang didapatkan dari kelima negara tersebut sebesar 43,84 persen.
Sementara untuk nilai impor Riau, dilanjutkan Mawardi juga mengalami penurunan sebesar 32,13 persen dari sebelumnya 39,02 persen. Penurunan disebabkan turunnya impor migas sebesar 85,33 persen dan non migas sebesar 20,01 persen.
Menurut golongan penggunaan selama Januari Februari, impor barang konsumsi sebesar US$ 19,30 juta atau turun sebesar 35,79 persen, bahan baku/penolong sebesar US$ 175, 62 juta atau turun sebesar 18,21 persen , dan barang modal US$ 41,53 juta atau turun sebesar 47,37 persen.
"Penurunan tersebsar impor non migas terjadi pada mesin-mesin atau pesawat mekanik US$ 14,14 juta atau 43,94 persen, kerstas dan karton US$ 2,98 juta atau 60,64 persen dan bubur kayu (Pulp) US$ 1,34 juta atau 27,65 persen. Sedangkan kenaikan impor non migas terjadi pada pupuk US$ 4,64 juta atau 18,15 persen, Garam, belerang, kapur US$ 2,62 juta atau 87,74 persen, dan bahan kimia anorganik US$ 1,20 juta atau 42,48 persen,"terangnya saat membacakan data BPS. (nie)
Dari 10 negara pemasok barang impor non migas ke Riau, pada Februari lalu 6 negara mengalami kenaikan dan 4 negara mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi di negara Singapura sebesar 27,87 juta, Jermas US$ 14,63 juta, dan Malaysia sebesar US$ 2 juta. Sedangkan kenaikan terbesar terjadi di Kanada US$ 9,58 juta, dan Tiongkok sebesar US$ 7,64 juta.