RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan respons positif pada pengujian deksametason untuk Covid-19. Tetapi organisasi PBB itu menyatakan bahwa penggunaaan deksametason hanya akan berfungsi bagi pasien Covid-19 yang parah.
Dilansir dari Express, pejabat WHO menegaskan penggunaan obat hanya terbatas pada kasus yang paling parah dan tidak digunakan untuk pencegahan. Pernyatan itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (17/6/2020).
"Deksametason terbukti tidak memiliki efek menguntungkan bagi mereka yang memiliki penyakit ringan dan tidak membutuhkan bantuan pernapasan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Kami membutuhkan lebih banyak terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi Covid-19, termasuk yang memiliki gejala yang lebih ringan," tambahnya.
Kepala Program Kedaruratan WHO, Dr. Mike Ryan juga menyatakan, bahwa penggunaan obat tersebut hanya bisa digunakan di bawah pengawasan medis.
"Sangat penting bahwa obat ini digunakan di bawah pengawasan medis," kata Ryan.
"Ini bukan untuk kasus ringan, ini bukan untuk profilaksis," imbuhnya.
Ryan terus mengatakan bahwa sementara steroid itu menunjukkan tanda-tanda yang menjanjikan, itu bisa dalam beberapa kasus membuat infeksi lebih buruk dengan membantu replikasi virus.
Obat ini tidak bekerja dengan cara memblokir virus tetapi mengurangi peradangan di dalam dan di sekitar paru-paru.
Pasien dengan kasus virus corona yang sangat parah mengalami kesulitan karena peradangan di paru-paru menyulitkan oksigen untuk masuk ke dalam darah. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab utama kematian pada pasien.
Deksametason atau steroid sendiri telah digunakan selama beberapa dekade yang tersedia luas dan berbiaya rendah.