RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Sejumlah negara telah melakukan uji klinis untuk mematangkan vaksin virus Corona COVID-19. Kehadiran vaksin sangat diharapkan karena dianggap sebagai cara paling efektif untuk mengatasi pandemi virus asal Wuhan China ini.
Bahkan beberapa negara berfokus pada penciptaan virus ini hingga merogoh kocek yang dalam. Ada berbagai pihak yang ikut terlibat dalam pembuatan vaksin, seperti perusahaan farmasi, bisnis pemula, universitas, dan lembaga penelitian.
Ada tiga perusahaan farmasi besar di Amerika Serikat, yakni Inovio, Moderna, dan Pfizer yang sudah memulainya. Mengutip dari Al Arabiya, para peneliti di Oxford University yakin bisa menyelesaikan vaksin ini di sekitar bulan Agustus-November 2020 mendatang.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi vaksin tersebut baru akan tersedia pada akhir 2021. Hal ini disampaikan oleh Chair of the WHO's Global Outbreak Alert and Response Network, Dale Fisher.
"Saya pikir, akhir tahun depan adalah ekspetasi yang sangat masuk akal untuk hadirnya vaksin," kata Fisher.
Dengan adanya pernyataan ini, Fisher berharap masyarakat untuk tidak terlalu banyak menaruh harapan terhadap kehadiran vaksin tersebut. Alasannya karena vaksin yang ada saat ini masih ada di fase satu, yaitu proses pengembangan. Selanjutnya, vaksin harus melewati fase 2 dan 3 untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan bisa diandalkan.
Jika vaksin sudah ditemukan dan sesuai, akan segera diproses dan didistribusikan untuk massal. Tapi, proses itu sangat panjang dan butuh waktu yang cukup lama.
"Tetap saja, biasanya butuh waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan obat baru. Sebagian ahli sepakat bahwa dibutuhkan setidaknya 12-18 bulan sampai vaksin tersedia," imbuh CEO Roche, Severin Schwan.