Pengamat: PSBB di Pekanbaru Seperti Main-main, Masyarakat Jadi Korban

Senin, 04 Mei 2020 - 15:50 WIB
PSSB di Kota Pekanbaru (Foto: RMID/Nandra)

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Pengamat kebijakan publik dari Universitas Riau, Rawa El Amady, menganggap Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Pekanbaru hanya upaya pemerintah mencari panggung.

"PSBB di Pekanbaru ini kesannya seperti mencari panggung saja di saat sekarat. Karena, memangnya apa yang sudah dilakukan saat PSBB? Cuma ada orang yang ketangkap, disidang. Yang lain apa? Apa yang bisa kita lihat upaya untuk menghilangkan virus ini?" ungkapnya.

Menurut Rawa, pemerintah selama ini hanya mengimbau tanpa ada aksi serius. Seperti tidak ketat menerapkan aturan, silang sengkarut pemberian bantuan, dan lainnya.

"Terus pemerintah ini cuma mengimbau aja. Orang disuruh jaga jarak, tapi mereka sudah lakukan apa agar imbauan itu terwujud? Lihat di pasar, tetap ramai dan tak ada pengaturan," ujarnya.

"Makanya ini PSBB kayak main-main aja. Masalahnya yang jadi korban itu masyarakat," tambahnya.

Rawa juga dengan tegas tidak menyetujui PSBB tahap kedua sekarang. Sebab menurutnya banyak ketidakseriusan dalam pelaksanaan di PSBB tahap awal lalu.

"Kalau saya tidak setuju PSBB dilanjutkan. Karena sama saja. Pertama penerapannya tidak serius. Kedua akibatnya tidak pernah ditangani dengan serius juga," ungkapnya.

"Bayangkan, orang-orang terdampak PSBB sampai sekarang belum ada bantuan kan? Artinya pemerintah tidak melakukan PSBB secara benar berdasarkan data. Tidak ada perencanaan yang matang. Hanya berdasarkan khayalan politis saja," ungkapnya.

Selain itu, ia juga menyinggung soal bantuan-bantuan yang justru kerap datang dari masyarakat dan pihak swasta.

"Masker aja, apa ada pemerintah yang kasih ke masyarakat? Enggak ada juga. Enggak ada yang dilakukan pemerintah ini. Yang sibuk-sibuk tu swasta, masyarakat umum, sukarelawan yang banyak kasih. Pemerintah enggak ada," ujarnya.

"Makanya ngapain PSBB kalau cuma mau pakai nama pemerintah saja tapi pelaksanaannya enggak ada? Mau cari apa mereka?" tambahnya.

Rawa juga menyinggung soal lebih banyaknya angka PDP yang meninggal ketimbang yang positif.

"Yang aneh, di data PSBB itu, yang PDP malah lebih banyak yang meninggal daripada yang positif. Itu kan misteri. Ini kemungkinan besarnya pertanda bahwa pemerintah lambat mengidentifikasi orang yang terjangkit," ujarnya.

 

Reporter: M. Ihsan Yurin

Editor: Nandra F Piliang

Tags

Terkini

Terpopuler