RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo menyampaikan strategi baru yang dilakukan untuk menanganani masalah pandemi Covid-19. Menurutnya selain pendekatan secara medis, penanganan wabah ini juga harus dilakukan melalui pendekatan secara psikologis yang mengarah ke upaya pencegahan.
Hal itu disampaikan Doni Monardo saat menggelar rapat tertutup melalui telekonferensi bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Menurutnya, strategi itu menjadi sangat penting, karena jumlah tenaga medis beserta infrasktruktur yang dimiliki Pemerintah saat ini terbatas. Maka dari itu ia menginginkan agar keseimbangan antara medis dan psikologis dapat berjalan beriringan.
"Keseimbangan itu harus kita jaga," jelas Doni sebagaimana dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (2/5/2020).
Doni melanjutkan, bahwa semestinya dokter tidak menjadi garda terdepan dalam upaya penanganan, namun harus menjadi kekuatan terakhir. Pengertian itu, lanjut Doni, dengan maksud masyarakat harus bisa disehatkan sehingga dokter dapat diselamatkan.
"Dokter bukan jadi benteng utama, tapi benteng terakhir," tutur Doni.
Maka dari itu, papar Doni, strategi selanjutnya yang perlu dijalankan adalah bagaimana agar masyarakat terpenuhi gizi, imunitas dan sekaligus menggerakkan roda perekonomian.
Ia berprinsip bahwa dalam menyelesaikan bencana tidak seharusnya memunculkan bencana baru. Sehingga pantang bagi dia untuk menyelesaikan masalah namun dengan membuat masalah baru.
"Hungry man becomes angry man. Kita tidak ingin arahnya ke sana," terang Doni.
Selain berdasarkan data yang dimilikinya ada 2,5 juta petani yang kesulitan menjual hasil pertanian dan perkebunan sebagai dampak dari pandemi Covid-19 ini.
Dia meminta kolaborasi bersama Kementerian/Lembaga terkait khususnya Kementerian Perindustrian dan Kepala Daerah untuk mengatasi masalah tersebut dengan inovasi yang tetap menerapkan protokol kesehatan.
Doni mencontohkan, apa yang sudah dijalankan dengan baik di Jawa Tengah, Salatiga dan Sumatera Barat, di mana pasar tradisional tetap berjalan dengan penerapan yang berbeda dari biasanya.
“Para pedagang diberikan jarak aman sesuai protokol kesehatan dan berjualan di luar ruangan yang telah diatur oleh pemerintah daerah setempat. Kemudian bagi penjual juga diwajibkan untuk melaksanakan anjuran pemerintah dengan tetap memakai masker dan tetap menjaga jarak aman,” tutur Doni.
Sementara itu, Ketua Komisi VI DPR RI, Faizol Riza mengatakan, sudah sepatutnya dalam urusan penanggulangan bencana, maka tidak boleh memunculkan bencana baru.
Faizol pun mengapresiasi ide dari inovasi pasar tradisional seperti yang sudah berjalan di Salatiga dan beberapa wilayah lain di Jawa Tengah dan Sumatera Barat.
"Kita tetap optimis bahwa ekonomi juga bisa tetap jalan," ujar Faizol.
Meski kebijakan inovasi pasar tradisional sudah berjalan, pihaknya akan tetap mengkoordinasikan lebih lanjut mengenai aturan-aturan lain yang sudah berada melalui Surat Edaran Kementerian Perdagangan tentang sirkulasi barang dan kebutuhan ekonomi pasar di tengah pandemi Covid-19.
"Langkah-langkahnya seperti apa, nanti kita koordinasikan lagi," pungkas Faizol.