PEKANBARU(HR)- Sebagai bentuk kepedulian terhadap penyandang autis, Pemprov Riau melakukan gerakan pencanangan gerakan ramah autis. Pencanangan tersebut langsung dilakukan Plt Ketua Penggerak PKK Provinsi Riau, Hj Sisilita Arsyadjuliandi.
Pencanangan dilakukan dalam acara Seminar Hari Autis se-dunia, dihadiri seluruh tenaga didik, orangtua dan penyandang autis di Riau, Kamis (2/4) di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau.
Seminar autis tersebut mengusung tema 'Penegakan Diagnosa Autisme untuk Penanganan yang Tepat'. Menghadirkan nara sumber Tita Sriharyati, dari Direktorat Pendidikan dan Layanan Pendidikan Khusus, Dokter spesialis Anak, dr Budi Novitri SpA, Psikolog, Aida Malikhan Spsi, dan orangtua penyandang autis, Rovanita Rama.
Dikatakan Sisilita, apapun kondisi seseorang, tentunya berhak mendapat perlakukan yang sama seperti manusia normal lainnya. "Jangan sampai keterbatasan fisik seseorang, ataupun mentalnya, anak tidak mendapat haknya dengan baik, seperti bidang pendidikan, dia harus juga mendapatkanpendidikan dan pelayanan yang layak, melalui pendidikan layanan khusus," katanya
Menurutnya, anak autis bukanlah anak yang tidak normal. Hanya saja, merupakan anak yang memiliki kekurangan atau persoalan dalam hal mental, mereka cenderung fokus pada satu keinginan, tapi tidak peduli dengan yang ada disekitarnya.
Namun tidak boleh dikucilkan, karena itu mereka perlu diberikan pendekatan dan pemahaman yang lebih. Memang dalam mendidiknya mereka harus mendapat perlakukan khusus. Karena mereka adalah anak-anak yang jika mendapatkan pendidikan yang baik dan layak, mereka ini juga anak-anak pintar, dan juga mampu mengukir prestasi.
Begitupula halnya kepada para orang tua yang memiliki anak autis, Ia menghimbau agar jangan minder dan jangan menysihkan mereka, tapi tetap rangkul dan jangan bosan memberikan didikan, karena dibalik kekurangannya, terdapat juga kelebihan," katanya
Ditambahkan Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Riau Dwi Agus Sumarno menuturkan bahwa, Autis itu bukan penyakit, melainkan orang-orang khusus, yangperlu mendapatkan layanan pendidikan khusus. *