RIAUMANDIRI.ID, SURABAYA - Jenazah pasien virus Corona selama ini dimakamkan oleh tim medis. Sebab, proses merawat jenazah Corona harus dilakukan sesuai dengan protap dan mengikuti standar WHO.
Di RS Unair Surabaya, jenazah pasien Corona sudah ditata laksana dengan baik. Sehingga, masyarakat tidak perlu lagi khawatir akan tertular dari cairan jenazah.
"Karena kami punya protokol yang seragam se-Indonesia dan mengikuti standar WHO. Di mana cairan tubuh yang ada di jenazah sudah kami rawat, ditutupi dengan baik. Sehingga cairan tubuh tersebut tidak sampai bocor," kata dokter spesialis forensik RS Unair, dr Nily Sulistyorini SpF kepada detikcom, Ahad (19/4/2020).
Nily kemudian menjelaskan tahapan merawat hingga memakamkan pasien Corona. Pertama, menutupi wajah atau lubang-lubang di tubuh yang berpotensi mengeluarkan cairan. Seperti hidung, mulut, telinga, dubur dan lubang kemaluan.
Setelah itu, jenazah disterilkan dengan disinfektan. Kemudian dimandikan atau ditayamumkan. "Disinfektan berulang kali. Lalu dibungkus minimal dua lapis plastik, pokoknya nggak bocor (cairan)," ujarnya.
Kemudian dimasukkan ke dalam peti khusus, yang telah dilapisi bahan yang tidak mudah tembus dan disegel. Bahkan peti dipaku untuk memastikan cairan tak keluar. Oleh karena itu, proses merawat jenazah Corona tidak boleh lama. Maksimal empat jam dan segera dimakamkan.
"Risiko penularannya, mangkanya nggak boleh lama, maksimal empat jam itu sudah dimakamkan. Kita acuannya dari WHO, semua kita lakukan acuannya WHO," jelasnya.
"Virus Corona kan bisa menempel di mana pun dan bertahan sampai beberapa hari-hari bahkan berminggu-minggu," tambahnya.
Untuk pemakaman pasien Corona harus sesuai standar dan dijauhkan dari sumber air. "Takutnya lambat laun jenazah kan bisa membusuk, dan cairan dapat mencemari sumber air di sekitarnya kalau prosedurnya nggak benar," katanya.
Maka, pelaksanaannya pun harus sesuai dengan prosedur. RS Unair juga menjamin agar cairan tubuh jenazah tidak keluar.
"Prinsipnya plastik tersebut tidak boleh bocor. Kalau tidak sesuai prosedur bisa bocor dan menularkan pada orang lain. Pasti kita disinfektan juga. Meski begitu bukan berarti virusnya nggak bisa keluar," pungkasnya.