RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Pengurus pusat Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) menyampaikan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait penanganan pemerintah menghadapi wabah Corona (COVID-19).
PDUI menyoroti angka kasus terkonfirmasi di Indonesia semakin meningkat, serta kelangkaan APD dan angka kematian tenaga medis yang kian bertambah.
"Makin hari jumlah kasus konfirmasi dan yang meninggal makin bertambah, sebaran penyakitnya pun kian merata dan meluas hingga pelosok negeri tercinta ini. Menimbulkan keresahan, kepedihan mendalam dan kepiluan yang mengharu biru hingga sudut negeri," kata Pengurus Pusat Ketua Umum PDUI, Abraham Andi Padlan Patarai, dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/4/2020).
PDUI meminta Presiden memperhatikan tenaga medis yang harus berjuang menangani pasien COVID-19 dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seadanya, bahkan di antaranya menggunakan plastik jas hujan. Di satu sisi tenaga medis sebagai garda terdepan turut bertaruh nyawa karena resiko menghadapi pasien COVID-19 dengan APD seadanya.
"Lihat di sana-sini, di seluruh pelosok negeri ini, ratusan ribu dokter dan tenaga kesehatan resah, susah, gundah, gelisah dan marah karena APD makin langka, harganya makin menggila. Sementara nurani mereka terusik, tidak tega menyaksikan pasiennya penuh harap dalam derita tiada tara," ungkapnya.
"Haruskah mereka bertaruh nyawa dengan APD seadanya, mereka melawan musuh yang tidak kelihatan dengan balutan plastik yang sama dengan yang pernah Yang Mulia Bapak Presiden kenakan saat puluhan kamera mengabadikan bapak di tengah rinai hujan. Ya, dengan memakai plastik jas hujan saja," imbuhnya.
PDUI meminta Jokowi peduli dengan nyawa tenaga medis yang terpapar pasien COVID-19 yang ditanganinya. PDUI menyebut, butuh bertahun-tahun dedikasi agar ada pengganti dokter yang meninggal, sementara jika pejabat dapat diganti dengan yang lainnya secara cepat.
"Lihatlah jumlah sejawat kami para dokter yang meninggal dunia sudah lebih dari 30 orang. Sampai berapa lagi yang harus dijumlahkan dalam daftar kematian yang mengenaskan ini. Satu saja dari para dokter mati, perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadikan pengganti. Beda dengan Menteri-menteri yang Bapak miliki, satu saja mati, esok hari berbondong yang mengajukan diri," ujar Abraham.
PDUI meminta agar Jokowi memerintahkan aparat TNI dan Polri serta menterinya menindak tegas dan memberi ganjaran setimpal bagi para pelaku usaha yang menjual APD dengan harga mencekik di tengah situasi darurat. Ia meminta kehadiran negara untuk menyediakan kebutuhan APD kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan, serta meminta pemerintah membeli hasil produksi pabrik dan membagikannya ke masyarakat, hingga mendatangkan APD dari luar negeri.
"Yang Mulia Bapak Presiden lakukan, lakukan, lakukanlah amanat di pundakmu sebagai Presiden di negeri ini. Jalankan, jalankan, jalankanlah bunyi pasal-pasal Undang-Undang Dasar negara ini. Itu amanah yang engkau minta ada di pundakmu, ini beban yang Engkau minta diletakkan di punggungmu. Jangan kau tumpahkan kepada rakyatmu, jangan kau biarkan membebani derita negerimu," kata Abraham.
PDUI juga menyoroti sejumlah pernyataan menteri Jokowi terkait COVID-19 dianggap tidak tepat. PDUI menyayangkan pernyataan salah satu menteri yang menjanjikan masker dapat disebarkan secara nasional pada akhir Maret lalu yang belakangan, menurutnya, belum ada masker yang diproduksi.
"Yang Mulia Bapak Presiden lupakan perkataan menteri mu bahwa 'corona penyakit yang sembuh sendiri'. Lupakan ucapan menteri mu bahwa harga APD tinggi karena 'salahmu kok beli'. Lupakan janji menteri mu bahwa pada 31 Maret 2020 ada 4,7 juta masker produksi BUMN siap disebar ke seluruh negeri, yang belakangan diakui 'belum ada BUMN produksi APD'," ujar Abraham.
PDUI juga menyoroti banyaknya jumlah kasus terkonfirmasi yang mana tidak semua warga dapat dites swab. Sementara banyak warga yang menunggu agar bisa dilakukan tes dengan kondisi yang prihatin.
"Yang Mulia Bapak Presiden lihat setiap hari berapa banyak rakyat negeri ini mati, lihat berapa banyak rakyat negeri ini yang terbaring sesak di ruang isolasi tanpa bisa ditunggui sanak famili. Lihat berapa banyak setiap hari pertambahan kasus konfirmasi, hanya dari yang diseleksi untuk dilakukan tes konfirmasi," ujar Abraham.
"Sementara di sana-sini masih banyak yang menunggu dijadwalkan tes, masih belum ada dacron swab dan VTM, dengan kondisi yang penuh iba, dengan kondisi yang sengsara, dengan kondisi yang terbaring sendiri tanpa didampingi anggota keluarganya, entah sampai berpisah atau semoga bisa bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarganya," imbuhnya.
Terakhir, PDUI meminta Jokowi menyelamatkan sebanyak-banyaknya nyawa anak bangsa dari derasnya arus sebaran COVID-19 yang mematikan. PDUI meminta pemerintah mengupayakan melakukan tes sebanyak-banyaknya kepada masyarakat dan menyediakan banyak rumah sakit agar bagi warga yang terpapar tak lagi kesusahan mencari RS rujukan hingga nyawanya tak tertolong.
"Lakukanlah sebanyak-banyaknya tes antigen corona virus, temukan sebanyak-banyaknya rakyatmu yang terpapar virus corona, amankan, ambil dan lakukanlah layanan kesehatan yang sesuai standar. Siapkanlah sebanyak-banyaknya Rumah Sakit, sehingga tidak akan ada satu orang pun yang kesulitan mencari rumah sakit hingga terkapar tak terobati," ujarnya.
"Jangan ada di kemudian hari di kedukaan abad ini akan mencatat namamu sebagai pemimpin yang terlena dan tak berdaya menghadapi corona. Jangan ada cerita pada cucu cicitmu nanti, negara ini kalah di kala dipimpin kakek buyutnya yang tak siaga melawan corona," tutupnya.