TELUK KUANTAN (HR)-Kepala Dinas Tanaman Pangan Maisir menyatakan, hampir 50 persen petani gagal menerapkan teknologi Padi Salinan Ibu (Salibu) di Kecamatan Gunung Toar. Itu terlihat dari perkembangan padi yang tidak berkembang sebagaimana mestinya.
"Seharusnya, padi yang sudah dipotong akan beranak. Dan dalam jangka waktu tiga bulan ke depan, petani sudah bisa panen," ujar Maisir, Selasa (31/3) di Teluk Kuantan.
Menurutnya, tidak semua lahan pertanian yang menjadi percontohan bisa berkembang baik. Ada sebagian padi yang mulai berbuah tanpa mengalami perkembangan. Artinya, rumpun padi tersebut tidak beranak. Hanya padi yang lama naik lagi, makanya cepat berbuah.
"Dalam setiap rumpun, juga sedikit yang tumbuh," tambah Maisir. Ada beberapa faktor yang menyebabkan belum maksimalnya penerapan padi Salibu, apalagi ini perdana dilakukan petani.
"Panen petani terlambat, sehingga ketika dipotong ada tanaman yang mati. Seharunya, masa panen harus dimajukan," urai Maisir. Masa panen, sangat erat kaitannya dengan waktu pemotongan.
"Selain itu, padi yang telah dipotong perlu diberi pupuk. Karena ini masih tahap ujicoba, semua dikerjakan secara swadaya.
Tentu, kemampuan petani kita berbeda, ada yang mampu membeli pupuk dan ada yang tidak. Padi tidak bisa beranak jika tidak diberi pupuk cukup," beber Maisir.
Ke depan, Distangan akan mempelajari secara mendalam penerapan teknologi padi Salibu. Sehingga, masyarakat bisa mendapatkan hasil maksimal. Seharusnya padi Salibu mampu meningkatkan produksi.
"Kita akan pelajari dulu secara mendalam, baru kita berikan kepada masyarakat. Untuk itu, kepada masyarakat yang ingin menerapkan, diminta bersabar dulu," pungkas Maisir. (adv/humas)