RIAUMANDIRI.ID, Atlanta - Bukan membeli kebutuhan sehari-hari seperti sembako, warga Amerika Serikat (AS) terpantau mengantre di toko-toko senjata api di tengah wabah virus Corona (COVID-19) yang kian merajalela.
Laporan menyebut ada sejumlah warga AS yang panic buying atau belanja panik untuk senjata api di tengah kekhawatiran situasi tidak menentu yang dipicu virus Corona.
Seperti dilansir Associated Press dan Newsweek, Sabtu (21/3/2020), antrean panjang dilaporkan terjadi di toko-toko senjata api di beberapa wilayah AS. Salah satunya sebuah toko senjata api di Atlanta, yang disebut sebagai toko senjata api terbesar di dunia, yang melaporkan antrean panjang pada pekan lalu.
Sebuah toko senjata api di Los Angeles juga melaporkan antrean yang bahkan hingga mencapai ke belakang bangunannya. Sebuah toko senjata api di Idao membatasi pembelian setelah stok senjata apinya nyaris habis karena dibeli banyak orang.
Pada momen yang sama saat toko-toko bahan makanan kehabisan stok karena diborong warga AS yang melakukan panic buying di tengah pandemi virus Corona, stok senjata api dan amunisi juga ikut menipis. Para penjual senjata api menyebut kenaikan pembelian disebabkan oleh orang-orang yang khawatir jika situasi menjadi tidak bisa diduga dan memicu keputusasaan, sehingga mereka perlu memastikan bahwa mereka bisa melindungi diri mereka sendiri.
"Ini sudah gila," ucap Jay Wallace, yang memiliki toko senjata bernama Adventure Outdoors di Smyrna, Georgia. Wallace menyebut bahwa penjualan amunisi di tokonya melonjak lima kali lipat dibanding biasanya.
Awal pekan ini, situs penjual amunisi, Ammo.com, mengungkapkan bahwa pihaknya melihat ada kenaikan angka penjualan peluru yang belum pernah terjadi sebelumnya, saat virus Corona mulai menyebar di wilayah AS. Menurut data yang dirilis perusahaan itu, terdapat 276 persen kenaikan penjualan pada 10 Maret lalu, yang merupakan hari di mana jumlah total kasus virus Corona di AS melampaui 1.000 kasus.
Ammo.com menyebut penjualan terus naik saat virus Corona secara resmi ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Ketakutan telah menjadi motivasi bagi sebagian besar peningkatan penjualan senjata api," sebut penasihat kebijakan senior pada kelompok advokasi pengendalian senjata api, Giffords, David Chapman, kepada Newsweek. Chipman menyebut aturan hukum soal senjata api di AS memampukan orang-orang untuk 'menimbun' senjata api dengan cara yang sama mereka memborong tisu toilet.
Sejumlah pembeli merupakan orang-orang yang baru pertama kali membeli senjata, yang merasa bahwa senjata api bisa memberikan rasa aman di tengah situasi yang tidak menentu. Yang lain adalah para pemilik senjata api yang menambah koleksi atau menambah stok amunisi usai melihat toko-toko bahan makanan menipis persediaannya, sekolah-sekolah tutup dan acara-acara besar dibatalkan karena virus Corona. Beberapa orang lainnya mengaku khawatir jika pemerintah akan memakai wewenang darurat untuk membatasi pembelian senjata api.
Betsy Terrell (61), seorang warga Decatur, Georgia, menyatakan dirinya berpikir selama bertahun-tahun untuk membeli senjata api dan akhirnya memutuskan untuk membeli untuk pertama kalinya setelah melihat kekacauan di supermarket, dengan antrean panjang dan orang-orang memborong banyak barang. Dia merasa wilayahnya sudah memiliki banyak kejahatan dan khawatir jika perekonomian memburuk karena virus Corona, maka kejahatan akan meningkat.
Setelah beberapa minggu memenuhi persediaan makanan, kopi, air dan obat untuk kucingnya, Terrell memutuskan saatnya bertindak. "Saya mulai melihat orang-orang bertingkah aneh. Itu agak mengerikan. Saya merasa ada potensi pergolakan politik... Ini mengerikan. Sekarang saya merasakan kebutuhan besar untuk mempersenjatai diri saya untuk melindungi diri saya," ucap Terrell yang berhasil membeli satu pistol tangan Glock 42.
Di California, John Gore (39) juga ikut mengantre di salah satu toko senjata setempat. "Para politikus dan orang-orang antisenjata telah memberitahu kita sejak lama bahwa kita tidak butuh senjata api. Tapi sekarang, banyak orang sungguh ketakutan dan mereka bisa mengambil keputusan sendiri," tuturnya seperti dilansir metro.co.uk.
Menurut CBSN, penjualan senjata api juga melejit di San Gabriel Valley, California, di mana banyak warga Asia-Amerika khawatir menjadi korban serangan rasial yang dipicu pandemi virus Corona. David Liu yang seorang pemilik toko senjata, mengakui dirinya khawatir dan baru saja membeli senjata api untuk istrinya. Seorang pembeli di toko itu, Daniel Lim, mengaku ingin keluarganya bisa melindungi diri jika terjadi krisis keuangan akibat virus Corona yang mungkin memicu kekacauan di AS.