RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Ketika penemuan kasus terus meningkat secara dramatis di Eropa dan Amerika Utara, virus corona telah memuncak di beberapa negara Asia, dan penelitian pertama terkait efek jangka panjang dari virus ini dilakukan.
Sebuah studi oleh jurnal medis The Lancet memberikan jawaban serius. Mereka melaporkan bahwa mantan pasien yang terinfeksi virus corona dapat menyimpan patogen di saluran pernapasan mereka selama 37 hari, yang berarti bahwa mereka dapat tetap menularkan selama berminggu-minggu.
Mengingat bahwa periode karantina saat ini direkomendasikan sebagai 14 hari, pasien mungkin tetap menularkan dalam jangka waktu lama setelah gejala mereka sendiri dinyatakan hilang, hal itu tanpa disadari dapat menyebarkan virus lebih lanjut kepada orang lain.
Ada laporan terisolasi dari orang yang tampaknya terinfeksi ulang dengan virus corona. Data dari pejabat kesehatan di provinsi Guangdong China melaporkan bahwa 14 persen orang yang pulih kemudian dites positif lagi, demikian seperti dikutip dari Independent.co.uk, Sabtu (14/3/2020).
Pada akhir Februari, Reuters melaporkan tentang seorang wanita di Osaka, Jepang yang kembali positif terinfeksi virus corona setelah dinyatakan pulih sebelumnya. Kasus serupa dilaporkan juga di Korea Selatan.
Namun, mungkin ada penjelasan lain daripada infeksi ulang. Ada kemungkinan itu tetap tidak aktif setelah serangan awal penyakit dengan gejala minimal, sebelum menyerang paru-paru. Atau selalu ada kesalahan manusia seperti pengujian yang tidak akurat atau pasien yang dipulangkan secara prematur.
Biasanya, ketika infeksi virus dikalahkan oleh sistem kekebalan tubuh, imun tahu bagaimana cara mengalahkannya mereka kembali --dengan kata lain, mereka menjadi kebal. Pengecualian jika pasien tersebut memiliki sindrom defisiensi imunitas (seperti pengidap HIV).
Otoritas Rumah Sakit Hong Kong mempelajari gelombang pertama pasien untuk pulih dari kasus yang dikonfirmasi dari virus corona. Kota ini memiliki 131 kasus dan tiga kematian, dan total 74 orang telah dipulangkan.
Dr Owen Tsang Tak-yin, direktur medis dari Pusat Penyakit Menular di Rumah Sakit Princess Margaret di Kwai Chung mengatakan, dokter telah melihat sekitar selusin pasien yang pulang. Dua hingga tiga orang tidak dapat melakukan hal-hal seperti sebelumnya, The South China Morning Post melaporkan.
"Mereka terengah-engah jika berjalan sedikit lebih cepat," kata Dr Tsang pada konferensi pers hari Kamis. "Beberapa pasien mungkin memiliki sekitar 20 hingga 30 persen fungsi paru [setelah pemulihan]."
Para pasien sekarang akan menjalani tes untuk menentukan berapa banyak fungsi paru-paru yang masih mereka miliki, dan latihan fisioterapi dan kardiovaskular juga akan didorong untuk memperkuat paru-paru mereka.
Pemindaian menunjukkan ada kerusakan organ pada paru-paru, tetapi sejauh ini tidak pasti apakah ini dapat menyebabkan komplikasi di kemudian hari seperti fibrosis paru.